Kita semua tahu, bagaimana kisah hidup seorang yang boleh minum arak dan bergaul bebas, boleh buat apa sahaja tapi oleh kerana tiada ketenangan hati dalam dunia kebebasan, tiba tiba tinggalkan semua kebebasan itu kerana mahu masuk ugama islam yang larang zina, larang minum arak, kena solat, puasa, zakat, haji dan gembira melakukannya walau di uji dengan ujian yang dahsyat.
Dr. Brown boleh kita anggap mewakili contoh kehidupan seorang rakyat Amerika kebanyakkan. Berkelulusan tinggi Universiti, berkhidmat sebagai pakar mata dalam Tentera Udara Amerika untuk tempoh lapan tahun. Seorang Atheist.
Pertengahan kerjaya yang stabil, kewangan yang kukuh, sekali lagi aku tekankan, Dr. Brown adalah termasuk 'keluarga ideal Amerika' bersama bini cantik, dua orang anak, rumah yang besar dan mewah, dua buah kereta mewah dan anjing peliharaan. Namun akhirnya Dr. Brown mengorbankan semua yang dia ada, kerja hilang, bini cerai dia, anak lari ikut bini, rumah kena rampas, kereta kena angkut, anjing pun pergi, lalu hidup sebatang kara dan tidur bawah tangga rumah kawan menumpang teduh. Semuanya akibat beliau memeluk islam.
Tapi kini dah berubah, berkat sabar dan tidak putus asa, beliau kembali menjadi orang kaya, ada Keluarga baru bersama bini baru dan anak yang lebih ramai, mempunyai tempat tinggal yang baik di Madinah, Cuma beliau dah tak bela anjing, sekarang beliau bela hamsters.
Woha!
Mari kita baca sikit pengakuan beliau:
********
Kisah bekas Atheist masuk ISLAM
Salam damai, sudah ramai orang bertanya tentang apa yang terjadi kepada aku setelah menjadi seorang muslim? Aku masih ingat pada saat menjadi muslim, aku secara tiba tiba memperolehi perasaan damai dan nyaman yangsungguh luar biasa. Dan perasaan itu terus menyelubungi diriku hingga ke hari ini. Walapun kehidupan duniawiku berubah menjadi kacau bilau sejurus selepas aku memeluk agama Islam.
Sebaik masuk islam, Orang tuaku yang hidup sebagai atheist, tidak lagi mahu bercakap dan berjumpa dengan aku. Kata mereka, “anaknya’ telah hilang. Jadi aku di larang agar jangan mengunjungi, jangan menelepon, jangan menulis surat, jangan menulis email, jangan cuba atau buat apapun. Sebab Anaknya sudah ‘tiada’.
Kawan kawan juga meninggalkan aku, dihina dan di perkecilkan, lebih parah, aku dijauhkan oleh keluargaku, aku di pulau di tempat kerja, dan mantan biniku menceraikanaku, dan dia mengambil semua anak-anakku. Tentunya dalam proses ini, aku juga kehilangan rumahku, aku kehilangan hartanah, aku kehilangan kereta. Aku kehilangan anjin yang setia.
Dulunya sebelum islam, aku hidup mewah, perabot mahal, siap dengan rumah tamu untuk tetamu, tapi kemudian aku hidup dalam sebuah apartemen studio yang disewa secara mingguan yang ketika kau menaiki tangganya, maka lantainya berbunyi kerana reput. Di sini bukan duduk seorang diri, tapi berkongsi tempat dengan gelandangan lain yang turut menjalani kesulitan hidup, kebanyakkannya akibat di cerai bini lalu hilang segalanya, adohai.
Tapi yang kelakarnya, sungguh ironi, kerana itulah hari-hari yang paling menyenangkan dalam hidupku. Hari yang paling damai dan rasa aman sentosa dalam sejarah kehidupann manusia.
Aku rasa macam ada yang pelik. Apa aku sudah gila? Yelah, kalau dalam filem, ketika korang bercerai, korang akan merasa begitu sedih. Korang akan mulai pecahkan cermin, tumbuk dinding atau bunuh diri. Tapi saat itu aku rasa lain, aku rasa sangat bahagia. Bahkan itulah salah satu hari-hari paling menyenangkan dalam hidupku. Dan aku ingat, sebelum aku menjadi muslim. Aku ada meminta Tuhan untuk memilihkan dan memimpinku kepada yang terbaik dan membuatku senang denganNya. Dan sehabis itu aku menyedari kasih sayang Pencipta ketika dia menjawab do’a aku, betapa utuh Dia menjawabNya. Karena Dia telah memilihkan yang terbaik bagiku. Dan bukan hanya itu, dalam kejadian yang seharusnya membuatku tidak menyukaiNya, tapi Dia membuatku bahagia. Syukur.
Tentunya Pencipta kita memfirmankan kebenaran. Dan kita dijanjikan dalam agama ini, bahwa kita tidak menyerahkan sesuatu atas nama Allah kecuali Dia akan menggantikannya dengan yang lebih baik. (rujuk al quran) Ketika aku menjadi muslim, aku bercerai tapi Allah memberiku bini baru yang lebih baik. Dalam keluarga yang pertama aku kehilangan anakku karena keputusan pengadilan, tapi Allah memberikanku anak yang lebih ramai dan sebuah keluarga aman yang baru. Aku dikeluarkan dari pekerjaanku karena prasangka anti-Muslim di kalangan tenteta tempat dimana aku bekerja dulu.
Aku berhenti sebab tak mampu puaskan hati mereka, tapi Allah memberikanku pekerjaan lain yang berkali-kali lipat lebih baik. Menjadi penulis.
Aku kehilangan rumahku karena penceraian, Allah memberiku rumah baru di kota suci Madinah. Tempat mulia orang Islam. Aku kehilangan kekayaanku, Allah melipat gandakan kekayaanku. Malah, aku tidak sempat merasa kehilangan karena Allah menggantikannya dengan yang lebih baik.
Dan pada akhirnya orang tuaku mahu dan sangat suka berbicara denganku. Demi Allah, Hubunganku dengan orang tua menjadi semakin baik dan lebih memberi makna selapas aku memeluk agama islam.
Jadi tidak ada seorangpun yang mengorbankan sesuatu demi kepentingan Allah kecuali Allah akan memberikanmu sesuatu yang lebih baik. Mungkin ada masa-masa sulit yang harus korang lalui sebelum korang mendapatkan manfaatnya. Tapi ketika korang mendapatkan manfaatnya, Subhanallah, korang akan menyadari betepa besar akan kasih sayang yang utuh dari Sang Pencipta.
Bagaimana beliau masuk islam
Sebagian orang menghampiriku dan bertanya bagaimana aku menjadi muslim. Jadi aku ingin menceritakannya untuk menjawab pertanyaan orang ramai dan membuat mereka tahu bagaimana seorang aku telah Berjaya membuat perubahan besar dalam hidupku.
Kisahnya membawa kita kembali pada tahun 1990. Sebelum tahun 1990, aku seperti orang Amerika yang lain. secara umumnya., aku mengikuti falsafah hidup bahawa seseorang yang mati dengan kekayaan terbanyak berarti telah menang. Aku menghabiskan hidupku untuk mencari kekayaan dan hanya itulah satu-satunya tujuan hidupku.
Pada tahun 1990, anak perempuanku lahir, iaitu Christina. Dia mampu melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan anak lain sebelumnya. Jika aku mendirikannya, dia mampu berdiri sendiri. Dan aku seorang dokter di bidang medik, aku mengerti bahwa itu tidak mungkin mampu dilakukan bayi yang baru lahir, tapi aku tidak menganggapnya sebagai sebuahpengalaman kerohanian. Aku menganggapnya hanya sebagai sesuatu yang menarik, tapi kurasa aku tidak paham mesej disebalik pengalaman kerohanian. Akhirnya, mesej dari tuhan dalam bentuk pengalaman kerohanian datang lagi buat kali kedua, tapi kali ini datang dengan cara yang lebih dramatik.
Jadi 10 bulan kemudian, pada tahun 1990, anak perempuan keduaku, Hannah selamat dilahirkan. Dan Hannah dipindahkan langsung dari ruang bersalin di rumah sakit ke bahagian Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan mereka tidak memberitahuku apa alasannya. Aku seorang doktor yang bekerja di rumah sakit George Washington University, yang merupakan salah satu rumah sakit paling terkenal di Amerika. Itulah rumah sakit dimana Presiden Ronald Reagan dirawat ketika dia tertembak. Perawatan medik di rumah sakit itu mempunyai standard kualiti yang tinggi.
Jadi ketika aku tahu bahwa anak perempuan kedua aku membiru, aku sangat kuatir. Aku melihatnya dalam Intensive Care Unit (ICU), mulai dari dadanya hingga ke hujung kakinya, dia begitu lebam, dia berwarna biru gelap. Dan untuk korang yang bekerja di bidang medik tentunya tahu apa artinya itu.
Tapi untuk korang yang tidak tahu, ketika korang melihat urat-urat korang di tangan, pada tangan orang kulit putih, urat itu berwarna biru. Puncanya adalah ketika darah membawa oksigen maka warnanya merah. Ketika darah tidak membawa oksigen maka warnanya berubah biru dan seperti itulah warna tubuh anakku. Warna biru!
Kami melakukan Cardiac Ultrasound dan ternyata dia mengalami penyempitan pembuluh darah. Sedangkan pembuluh darah adalah alat pengangkutan utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Dan penyempitan pembuluh darah adalah mengecilnya jalur pembuluh darah. Korang dapat melihat pembuluh darah berada dalam ukuran normal pada sisi lain, tapi di tengah-tengahnya ada penyempitan dimana pembuluh darah menjadi kecil hingga hampir tertutup.
Jadi itulah kondisi anakku, dia dalam ambang sakarat, tubuhnya lemas. Dan sebagai seorang doktor, aku mengerti apa artinya ini. Aku sering terlibat dalam operasi bedah jantung, aku tahu bahwa hampir pasti anak ini harus menjalani operasi bedah jantung, mereka akan membedah jantungnya, menggantikan pembuluh darahnya dengan sebuah graft (saluran buatan) dan anak ini benar benar di ambang mati.
Berdasarkan teknologi saat itu, yakni 20 tahun yang lalu, harapanku adalah bahwa anak perempuanku sehabis menjalani operasi ini, berhasil hidup hanya sampai beberapa tahun, lalu harus menjalani operasi lagi untuk mengganti graft-nya (saluran buatan) seiring dia tumbuh dewasa. Dan pada akhirnya graft itu tidak akan mampu lagi menghidupinya sehingga dia akan mati begitu sahaja.
Dan itulah kecemasanku waktu itu, itulah kecemasan para dokter di ICU yang menangani anakku waktu itu. Jadi kami semua memandangi bayi yang bahkan belum genap berumur satu hari, tubuhnya sedang sekarat karana kekurangan oksigen, dan kami hanya mampu melihat dia perlahan lahan akan mati.
Mereka memanggil seorang ahli bedah jantung dari rumah sakit kanak-kanak di Washington D.C. Ketika dia datang untuk melihat anakku, aku tidak diperbolehkan masuk karena aku begitu emosional.
Aku meninggalkan ruang Intensive Care Unit (ICU). Di samping ruang Intensive Care Unit (ICU) ada tempat berdo’a. Dan aku masih ingat dengan jelas ketika aku berjalan ke dalam ruangan itu dan berdo’a dengan tulus untuk pertama kalinya seumur hidupku. Aku tidak pernah berdo’a dengan tulus sebelumnya.
Di sepanjang hidupku, aku selalu berkuasa. Jika ada sesuatu yang aku inginkan, aku tahu bagaimana cara mendapatkannya. Aku tidak pernah sekali pun dalam hidupku menghadapi situasi dimana aku tidak mampu mengatasinya, situasi dimana aku tahu bahwa aku sudah tidak punya harapan lagi.
Dan banyak orang berpikir bahwa aku masuk Islam dari agama Kristen. Tapi aku tidak pernah sekalipun seumur hidupku seorang Kristen. Aku pada saat itu seorang atheist, faktanya aku selalu berdebat kawan kawan agar mereka tidak percaya pada Tuhan.
Sambung cerita, Ketika aku memasuki ruangan do’a itu, aku mengingat satu hal yang membuatku terkejut adalah bahwa ruangan itu hanyalah ruangan do’a biasa, tidak ada salib, tidak ada patung, tidak ada simbol-simbol keagamaan sama sekali. Dan hal itu membuatku merasa tenang dan nyaman.
Tapi karena aku seorang atheist, do'aku sangat sederhana tapi do’a ini punya kekuatannya sendiri. Aku menghabiskan seluruh hidupku menolak adanya Tuhan, tapi pada saat itu aku sadar bahawa tidak ada daya untukku menolong anak yang malang ini. Satu-satunya kekuatan, jika Dia memang ada, yang dapat menolong anakku hanyalah Yang Maha Kuasa.
Jadi satu-satunya do’a yang mampu kulakukan adalah
“Ya Tuhan, jika Kau memang ada… Tolonglah!”
Dan aku akui, sebenarnya dalam hati aku mengatakan “Aku tidak tahu apakah Kau ada atau tidak, tapi jika Kau ada, maka aku perlu pertolonganMu.” Dan aku berjanji, jika Tuhan menyelamatkan puteriku, maka aku mohon petunjuk-Nya untuk mencari agama yang paling Dia Redhai-Nya dan aku berjanji akan mengikuti agama itu. Dan aku mengingat bait bait kata itu dengan sungguh-sungguh.
Sehabis berdo’a selama lebih kurang lebih 15 menit, kemudian aku kembali ke Intensive Care Unit (ICU), ketika aku memasukinya, para doktor sedang mengelilingi putriku. Ketika aku berjalan ke arah mereka, doktor ahli bedah jantungnya menatap mataku dan berkata bahawa putriku sudah sembuh.
Para doktor di sekelilingku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia kemudian memberiku penjelasan tentang istilah medik dan caranya menjelaskan padaku bahwa putriku akan menjadi seorang bayi yang normal, dan aku merujuk pada doktor pakar lain, dan kusadari bahwa aku bukanlah satu-satunya orang yang merasa penjelasan itu tidak masuk akal. Dan kusadari meskipun penjelasan itu masuk akal baginya tapi terasa tidak masuk akal bagiku. Inilah pengalaman kerohanian dari Tuhan.
Aku berdo’a dengan tulus untuk pertama kalinya dalam hidupku dan aku hanya dapat percaya bahwa ini pasti terjadi karana campur tangan Tuhan Yang Maha Esa. Kami melakukan ujian ultrasound sebelumnya yang menunjukkan kondisi kehidupannya yang sudah sakarat, lalu kami melakukan test ultrasound lagi dan ternyata puteriku benar-benar normal. Dia tidak perlu dioperasi, dia benar-benar seperti anak normal lainnya, bahkan dia masuk perguruan tinggi tahun ini.
Ketika aku melihat keajaiban ini, kusadari bahwa aku telah berjanji. Dan kusedari jika aku tidak memenuhi janji itu, maka aku akan merasa bersalah. Aku berjanji pada Penciptaku semoga dia memimpinku kepada agama yang paling menyenangkan-Nya yang kemudian akan kuikuti, dan hal yang paling tidak kuinginkan adalah meninggal dunia sebelum memenuhi janji itu.
Jadi aku mulai buat kajian semua agama, aku membaca kitab suci berbagai jenis agama, aku mulai mempelajari Buddha, Taoisme, Shinto, Bhagavadgita, Hindu, juga mempelajari agama monoteisme, termasuk agama Yahudi dan Kristien.
Dari setiap agama yang aku kaji, aku pada dasarnya hanya mengambil kesimpulan “Tidak, bukan yang itu.” Tidak terlalu lama bagiku untuk meninggalkan Buddha, Taoisme, Hindu, sehinggalahaku mempelajari Yudaisme , agama orang yahudi maka akhirnya aku merasa seperti “hah, Ini baru suatu kebenaran.”
Tapi masih ada banyak hal yang tidak aku percaya. Aku melihat beberapa pertentangan dalam Perjanjian Lama yang aku tulis detail dalam buku (sila rujuk). Aku menemukan ramalam tentang TIGA nabi terakhir dan tentunya itu menimbulkan keraguan, jika nabi itu bukanlah Yohanes (Nabi Yahya A.S.) dan Jesus Kristus (Nabi Isa A.S), jadi siapa nabi itu? Jadi aku mulai mempelajari Kristen.
Ketika aku mempelajari Kristen, aku mencari ke segala tempat untuk jawabannya. Aku mempelajari Baptis Selatan, Quakers, Orthodox, Katolik Roma, Mormon, Seven Day Adventists, sehingga kepala aku jadi pening sebab terlalu banyak mazhab dalam Kristien yang kuikuti baik sekejap atau lama, dan pada akhirnya aku masih belum mendapatkan jawapanku.
Aku pergi kepada Paderi dan sesuatu yang jarang dilakukan umat Kristen adalah membaca Bible dan menanyakan kebenaran ayat-ayatnya. Dan tolong mengerti aku mengatakan ini bukan untuk menjatuhkan umat Kristen, aku tidak bermaksud mengkritik penganut kristien, maksudku bahwa sebagian besar penganut Kristen menerima iman mereka tanpa syarat, tanpa benar-benar menganalisisnya.
Aku lihat bahwa Jesus s menyebut dirinya sebagai anak manusia, jadi aku ingin Paderia untuk terangkan padaku, kenapa dalam ajaran Kristien menyebutnya sebagai anak Tuhan sedangkan dia menyebut dirinya sendiri sebagai anak manusia. Aku menemukan bahwa Nabi Isa ditanya apakah perintah Tuhan yang paling penting dalam 3 ayat yang berbeza, Dan dia berkata “Ketahuilah wahai Bani Israel, Tuhanmu adalah Tuhan yang satu.”
Dan aku tidak dapat menemukan konsep Trinii (Tuhan Bertiga) dimanapun. Jika kata trinity tidak ada dalam Bible, mengapa umat Kristen mengajarkannya, mengapa umat Kristen mempercayainya,? Dan mereka mengatakan itu berdasarkan Yohanes 4:7 tapi ternyata itu ayat palsu. Ayat itu tidak ada dalam manuskrip yang asli dan mengapa ayat itu telah dimodifikasi dalam Bible yang lebih modern?
Itulah sebannya korang tidak akan menemukannya dalam Red Letter Bible yang dipublikasikan pada zaman moden, korang tidak akan menemukannya membicarakan tentang hubungan Bapa, anak, dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu, korang tidak akan menemukannya lagi karena para sarjana zaman ini telah menemukan bahwa itu adalah ajaran yang menyesatkan.
Seperti disebutkan dalam rrujukan Bible Schorfield bahwa ayat itu adalah ayat yang ditambah-tambahkan, ayat itu adalah ubahan yang menyesatkan, dan aku ingin para Paderi menjawab pertanyaan ini tapi tidak satupun Paderi dari mazhab apapun atau dimanapun yang mmapu menjawabnya.
Akirnya, aku merasa lebih kehilangan arah daripada sebelumnya. Aku percaya pada ajaran Jesus, aku percaya bahwa dia adalah seorang nabi, aku percaya bahwa Tuhan itu satu, aku percaya bahwa hubungan manusia dengan Tuhan adalah langsung tanpa perlu perantara, aku percaya bahwa masing-masing kita bertanggung jawab atas perbuatan kita sendiri, aku tidak percaya bahwa kita membawa noda dari dosa warisan, sebuah dosa yang tidak pernah kita lakukan. Aku merasa aneh dengan teologi triniti, tapi aku setuju dengan segala sesuatu yang Nabi Isa ajarkan dan keduanya adalah hal yang berbeza dan tak ada Paderia yang dapat menjelaskan hal ini padaku.
Untuk beberapa tahun, aku terus mencari tapi tak menemukan apapun, karena di Amerika, agama terakhir yang orang-orang pertimbangkan adalah Islam.
Akirnya, ketika aku mempelajari Islam, tentang Nabi Muhammad, maka segala sesuatunya menjadi jelas sejelas jelasnya. Perjanjian Lama menjelaskan 3 orang nabi yang akan datang, Yohanes (Yahya A.S.), Jesus (Isa A.S.), lalu siapa yang ketiga? Yang ketiga adalah Nabi dari Islam, Muhammad S.A.W.
Semua ajaran Nabi Isa mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu dan para Nabi termasuk dirinya sendiri adalah manusia biasa. Dia mengajarkan bahawa kita bertanggung jawab langsung dengan Tuhan tanpa seorang perantara, tidak perlu pengampunan dari Father dimana kau mengakui dosa-dosamu atau meminta pengampunan darinya. Dan aku dapat merasakan rantai wahyu dalam Islam bersifat kosisten.
Inilah alasanku masuk Islam. Aku sekarang mengerti bahwa Islam adalah agama penutup dari rantai wahyu Tuhan.
Dan itulah kisahku yang paling peribadi. Tuhan akan memimpin siapapun yang Dia mau. Jika korang jujur, maka Dia akan memimpinmu dijalan yang lurus ini. Tapi jika korang punya penyakit hati, jika korang tidak jujur, tak ikhlas, atau jika korang mempunyai hasrat duniawi dimana korang tidak menempatkan Tuhan sebagai tujuan utama korang, dengan mudahlah korang akan terjatuh dalam ujian kehidupan ini.
Ringkas cerita, beberapa tahun kemudian, sebagai seorang doktor, aku mempunyai seorang pesakit yang mempunyai anak lelaki yang terlahir dengan penyakit jantung yang merbahaya dan nampaknya dia akan mati. Dia berdo’a kepada Tuhan agar anaknya diselamatkan dan dia juga berjanji sama sepertiku. Kemudian anaknya sembuh sama seperti puteriku, tapi dia tidak menepati janjinya, dia kembali menjadi atheist.
Dan hal ini menyimpulkan kisahku, karena ketika aku menyaksikan hal itu, aku sedar bahwa aku tidak menjadi muslim karena aku sangat pintar, bukan karena bakat, tapi adalah petunjuk dari Tuhan sendiri. sementara masih ramai lagi orang lain tidak dapat menemukan kebenaran Islam. Wanita ini berada pada situasi yang sama denganku. Dia berdoa untuk keselamatan puteranya yang mengalami gangguan jantung yang kekal, sama seperti puteriku yang mengalami gangguan jantung. Dan apa perbezaan diantara kami berdua? Perbezaannya adalah, Allah memimpinku kepada Islam kerana aku ihklas. Sedangkan wanita itu, entah mengapa dia tidak ikhlas. Lalu dia gagal dalam ujiannya.
Jika ada satu pesan yang ingin kusampaikan kepada kalian adalah, kita datang kepada agama kebenaran bukan karena kuasa kita kecuali jika kita membuat pilihan untuk memilihnya dan memintanya dengan sunguh-sengguh. Allah memimpin orang yang Dia kehendaki. Berdoalah kepada Tuhan dengan ketulusan hati, minta kepada-Nya untuk memimpin hati dan fikiranmu kepada agama kebenaran dan agar dia memberi kemanisan dalam agama itu. Dan jika korang memang berniat ikhlas dan sebaik Allah menjawab doamu, Insya Allah, maka korang akan merasakan kedamaian yang abadu menusuk ke dalam hatimu. Dan Insya Allah korang akan bergabung sebagai salah seorang saudara muslim kami.
Terima kasih kerana sudi membaca tulisan ini, kita akan melanjutkan lagi di lain waktu, Insya Allah, dan aku berharap dapat bertemu lagi denganmu. Salam damai dan semoga Tuhan memimpin kita semua.
同時也有3部Youtube影片,追蹤數超過6,720的網紅SiS ViRAL,也在其Youtube影片中提到,B E A U N E S T ? DRINK yang banyak Nutrition Penting buat badan Wanita Lelaki & Kanak2 Sebab itu ia membantu badan kita: ?Meningkatkan immune sist...
「penyakit kulit putih」的推薦目錄:
- 關於penyakit kulit putih 在 Facebook 的最佳貼文
- 關於penyakit kulit putih 在 Chetapotpet Fans Makeup Lovers Facebook 的最佳貼文
- 關於penyakit kulit putih 在 Pakar diari hati Facebook 的最佳貼文
- 關於penyakit kulit putih 在 SiS ViRAL Youtube 的最佳解答
- 關於penyakit kulit putih 在 SiS ViRAL Youtube 的最佳貼文
- 關於penyakit kulit putih 在 Bumi Ratu Channel Youtube 的最讚貼文
penyakit kulit putih 在 Chetapotpet Fans Makeup Lovers Facebook 的最佳貼文
Sebut jer detox no.1 org akan tanya soalan :-
Cirit tak sis?
jawapan:- Ni bukan ubat cirit birit ni Juice Detox yg dikilangkan oleh pengilangan makanan jadi berbeza dan selamat ambil utk jangka masa panjang , berfungsi utk melawaskan sistem pencernaan 3x shaja max!membuang 1 hari bukan mkn cirit makn buang itu tandanya Bahaya boleh menyebabkan kurg air dalam bdn dan cik bunga sakit🤣no way!! choose the right Detox Slim & Healthy wajib cuba u olls jgn sedap sgt ada yg tanya boleh mnum 2 x? tahulah sedap...1 jer.. 1box 15 sachet boleh Loss 4-5kg! now RM99 1box! offer Free Shaker 😍😍😍
amik dan amalkan setiap hari kulit pun makin putih sbb ada vit c! dan skin pun x effect tau sebab just juice tak boleh naik jerawat atau jd panas bdn..agt bgus!
Detox ini Dilarang pengambilan
🚫ibu mengandung dan menyusu bayi
🚫Sakit jantung atau penyakit kronik
0164187602
0164187602
@secretdesireofficial
#secretdesire #detoxbysd #juicedetox #vitc #skincontrol
penyakit kulit putih 在 Pakar diari hati Facebook 的最佳貼文
Rasuk
Part 1
"Alhamdulillah lega hati mak. Ada yang jagakan kamu lepas mak dah tak ada nanti." Hamidah memandang Mariam dengan mata berkaca.
Mariam yang sedang duduk melihat cermin memegang tangan ibunya yang diletakkan di bahunya. Dia berpaling.
"Mak jangan cakap macam tu."
"Dah nak cakap macam mana. Cepat ke lambat suatu hari nanti mak mati jugak."
Mariam memeluk Hamidah. Erat. Dia menangis.
"Dah kejap lagi akad nikah. Jangan nak menagis. Rosak make-up kamu. Tak ada orang nak tengok pengantin buruk."
"Mak ni." Mariam tersenyum mendengar gurauan ibunya. Tubuh ibunya dipeluk semakin erat.
"Mariam, mak cik. Tok kadi da sampai."
"Dah. Jom." Hamidah mengajak Mariam keluar.
Malam itu majlis akad nikah Yusof dan Mariam dilakukan secara ringkas. Anak yatim dijemput untuk memeriahkan majlis. Kesemua pekerja Mariam juga dijemput. Tiada persandingan. Mereka hanya memakai baju melayu dan baju kurung berwarna putih. Mariam pula hanya bersolek nipis.
Hamidah duduk di sebelah Mariam melihat sekeliling. Sebaik sahaja Hamidah terpandang kelibat Zafwan, senyuman di bibir Hamidah mati.
"Tahniah." Zafwan menegur Yusof.
"Terima kasih."
"Puas hati kau."
"Puas hati?" Yusof bertanya kembali.
"Sebab kau dah rampas Mariam dari aku. Senang hati sebab dapat janda kaya. Yusof kau dengar baik-baik apa aku nak cakap. Kau takkan bahagia. Aku akan pastikan hidup kau haru-biru."
"Kau bukan Tuhan nak tentukan aku bahagia ke tak." Yusof berkata perlahan.
Zafwan tidak membalas sebaliknya dia hanya tersenyum sinis.
Sebaik sahaja akad nikah selesai, tiba-tiba Mariam menjerit nyaring sebelum pengsan tidak sedarkan diri. Keadaan menjadi kecoh.
Yusof menerpa dan merangkul Mariam. Hamidah dan Yusof cemas. Zafwan pula tersenyum puas.
Part 2
"Makkk!Makkk!" Mariam menjerit-jerit dan menyepak pintu bilik. Memaksa Hamidah membuka pintu.
Hamidah dan Yusof yang berada di ruang tamu masing-masing terdiam.
"Mak buka pintu ni mak. Ma nak jumpa abang Zafwan." Berkali-kali Mariam menjerit. Puas menjerit Mariam menangis teresak-esak sambil merayu agar Hamidah membuka pintu biliknya.
"Kesian kau Yusof. Baru lepas nikah jadi macam ni. Meracau tak tentu hala nak jumpa Zafwan. Macam mana ni?"
"Dah teruk sangat tu mak. Kita kena jumpa ustaz berubat."
"Iyalah mak setuju. Aduh mak kesiankan kamu, baru kahwin Mariam dah jadi macam tu." Hamidah memandang wajah Yusof penuh simpati.
Namun seperti biasa riak wajah Yusof tidak pernah kelihatan keruh sebaliknya Yusof sentiasa kelihatan tenang.
"Ujian untuk kami mak."
"Makkkk. Bukak pintu ni mak. Abang Zafwan tunggu Mariam tu mak. Ma nak mintak ampun kat abang. Ma rindu kat abang ni mak. Ma tak nak abang Zafwan tinggalkan Mariam mak. Mak dengar tak ni mak. Mak pekak ke apa ni hah? Bukak aku cakap. Bukakkk." Mariam menjerit semakin nyaring. Pintu ditendang kuat beberapa kali.
Hamidah dan Yusof saling berpandangan.
Part 3
Yusof memandang kawasan sekitar. Sunyi. Suasana gelap menyelubungi rumah kayu yang berada jauh di hujung kampung.
"Ha..kita dah sampai ni Yusof. Rumah ni la. Tu parking kat sana tu ha..senang nak keluar nanti" Hamidah memangku Mariam yang sedang menangis teresak-esak sambil memanggil nama Zafwan berulang kali.
"Rumah ustaz ke mak?"
"Entah tak tahu pulak mak..ustaz la kot sebab elok je pakai kopiah. Tapi kawan mak cakap dia ni memang jadi. Datin Amira tu, laki dia duk menggatal nak kahwin lain, dia mintak tolong Pak Leman ni la. Sudahnya tak jadi kahwin. Balik kerja laki dia terus balik rumah. Kalau tak asyik menghilang je. Jumpa pun sebulan sekali."
Yusof menelan liur. Tidak sedap hati mendengar penerangan Hamidah.
"Ish kalau dia bomohkan suami dia tak baik tu mak. Berdosa. Sepatutnya mak nasihatkan kawan mak tu." Yusof menegur.
"Kenapa tak boleh ke jumpa bomoh?"
"Jumpa bomoh, doktor, ustaz semua boleh. Yang penting cara berubat tu. Jumpa doktor kalau berubat cara haram pun tak guna jugak. Macam bedah tukar jantina kan tak boleh dalam islam."
"Kita jumpa dulu. Usaha tengok macam mana. Lagipun kau tengok Mariam ni ha. Kurus kering. Makan pun tak mahu. Kita kena berubat kalau tak makin parah isteri kau ni. Sedih mak tengok dia macam ni."
Yusof keberatan namun diturutkan juga kemahuan ibu mertuanya. Yusof memapah Mariam menuju ke rumah Pak Leman.
"Assalamualaikum..tok." Hamidah mememanggil beberapa kali. Kali ketiga baru pintu dibuka.
"Kami datang ni nak berubat tok."
"Hmm..masuklah.'
Selepas mereka masuk Pak Leman memandang Mariam dan Yusof seketika.
"Duduklah."
Mereka lantas duduk.
"Saya datang ni nak ubatkan anak saya tok. Dah teruk sangat ni. Siang malam duk meracau nak jumpa bekas laki dia."
"Nak pulangkan balik ke?" Pak Leman memandang Hamidah.
"A,ah. Saya nak orang yang buat anak saya ni rasa balik apa dia dah buat kat anak saya. Sakit hati saya ni tok tengok anak saya sampai jadi macam ni. Dah tak terurus."
"Tak tok. Kami datang nak berubat. Tak ada niat nak pulangkan balik." Yusof menghalang niat Hamidah.
"Tapi Yusof.."
"Mak. Kalau Mariam sedar dia tentu tak nak mak buat macam ni."
Hamidah terdiam. Ada benarnya apa yang dikatakan Yusof.
"Baiklah. Pasakit letak dalam bilik tu."
Yusof memapah Mariam masuk ke bilik yang ditunjukkan oleh Pak Leman.
"Keluar dulu. Saya nak mulakan sesi rawatan ni."
Namun Yusof tidak berganjak.
"Ha kau tunggu apa lagi Yusof..tok suruh kita keluar. Jom." Hamidah mencuit bahu Yusof.
"Takkan saya nak biarkan isteri saya berdua dengan dia mak."
"Memang rawatan ni lagi berkesan kalau tinggalkan saya dengan pesakit je.”
"Mana boleh tok. Saya suami dia. Tok ni lelaki mana boleh duduk berdua dengan isteri saya." Yusof tetap berkeras.
"Kalau tak setuju pergilah berubat dengan bomoh lain."
"Baik. Elok sangatlah tu." Yusof menghampiri Mariam.
"Jom sayang." Yusof mengangkat tubuh lemah Mariam untuk beredar namun Hamidah lekas menghalang.
"Eh Yusof. Sabar la. Tok maaflah menantu saya ni memang macam ni. Lebih kurang la tok. Yusof kau pun bagilah kerjasama sikit. Kita kan datang nak berubat. Tok saya bayar mahal mana pun tak kisah tok asalkan anak saya sembuh."
"Sembuh ke tak tu kuasa Allah mak." Yusof menegur.
"Iyalah. Saya ubatkan. Kamu tunggu kat luar. Biar menantu kamu je yang duduk sini."
Hamidah lega. Dia terus keluar.
Sebaik sahaja melihat Pak Leman membakar kemenyan dan membaca sesuatu Yusof memasang telinga. Sah. Dia yakin bacaan itu bukan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran. Tanpa berlengah lagi Yusof mengangkat Mariam.
"Eh. Kamu nak ke mana?'
"Terima kasihlah tok. Tapi saya nak berubat dengan ustaz."
Yusof meluru keluar.
"Yusof, Yusof, tunggu mak. Apa lagi yang tak kena ni? Kau nak bawak Mariam pergi mana? Dia tengah berubat kau angkat dia bawak lari."
'Kita cari orang lain mak. Berubat apa macam ni. Entah apa yang dia baca. Tak ada pun saya dengar ayat al-Quran. Bahaya mak. Berubat ni jangan buat main. Takut jatuh syirik."
Hamidah terdiam.
"Paling saya tak berkenan dia perasap kemeyan. Tak ada perubatan guna asap kemeyan, orang guna untuk kurangkan bau busuk mayat untuk tutup aib si mati. Perasap kemeyan ni memanggil jin untuk makan mak."
"Iyalah. Nanti kita usahakan cara lain." Hamidah akur. Dihulur juga seratus pada Tok bomoh yang kini sudah masam mencuka.
Sebaik sahaja duit beralih tangan Tok bomoh berdiri di muka pintu mempersilakan mereka keluar.
Yang anehnya sebaik sahaja mereka manapak keluar pintu tertutup sendiri.
Yusof dan Hamidah cuma mendiamkan diri sepanjang perjalanan pulang.
Part 4
Yusof menyikat rambut Mariam. Hamidah pula membutangkan baju tidur anaknya. Tangan dan kaki Mariam diikat. Terpaksa berbuat begitu. Tidak mahu Mariam menumbuk dan menendang dinding kerana mahu berjumpa Zafwan. Pasti lebam dan luka tubuh Mariam jika dibiarkan.
"Nah Yusof tolong suapkan Mariam makan. Kau dah solat."
Yusof mengangguk. Mencapai bubur di tangan Hamidah.
"Abang Zafwan mana mak." Dalam lemah Mariam bertanya.
Yusof menahan sebak. Hamidah pula mengesat air mata. Sedih melihat keadaan Mariam yang semakin kurus. Tanpa menjawab dia beredar untuk solat.
Yusof menyua bubur pada Mariam.
"Aku tak nak kau suaplah." Mariam menepis sudu. Terpelanting sudu jatuh ke lantai.
"Orang nak jumpa abang Zafwan dia sibuk nak suap orang makan. Kau siapa hah. Kau buat apa kat rumah aku."
Yusof senyum. Senyum paksa dalam duka.
"Mariam nak jumpa Zafwan." Yusof bertanya.
"Nak." Ada sinar harapan di mata Mariam.
"Kalau nak Mariam kena makan dulu. Kalau tak makan nanti Mariam kurus sangat tak cantik."
"Tak boleh. Ma nak kena cantik. Ma nak abang Zafwan hari-hari jumpa ma."
"Kalau nak makan." Yusof menyuakan bubur.
Bersemangat Mariam makan. Yusof tersenyum senang.
Hamidah yang melihat di balik pintu bilik mengesat lagi air mata yang tumpah di pipi. Sabar Yusof membuatkan dia sebak. Terduduk Hamidah kerana terlampau sedih. Dalam lirih dia berdoa sesungguh hati agar Mariam sembuh dan sihat seperti sediakala.
Part 5
Yusof mencium dahi Mariam yang sudah lena. Wajah Mariam ditatap lama. Wajah Mariam yang sudah cengkung diusap.
Berbeza sungguh keadaan Mariam sekarang. Jika dulu ke mana sahaja melangkah pasti ada sahaja mata lelaki melirik Mariam. Namun sekarang tubuhnya kurus-kering. Rambut pula kusut masai.
Tiba-tiba Mariam seakan mahu tersedar. Yusof cepat-cepat mengusap bahu Mariam. Dibacakan ayat kursi 3 kali di telinga Mariam. Mariam kembali lena.
"Sayang. Cepat sembuh." Yusof berkata lirih. Saat sepi merajai hati, kenangan bersama Mariam kembali singgah di ruang memori.
(Imbas Kembali)
"Rosak lagi. Macam mana kau buat kerja ni? Aku tak faham la, kenapa mak aku boleh berkenan nak ambik kau kerja dengan aku. Tak boleh diharap."
"Maaflah puan. Saya sibuk sampai terlupa."
'Tak habis-habis dengan alasan. Semua benda kau lupa."
Mariam mengeluarkan telefon.
"Abang dah sampai ke? Tolong ambik I. Ni driver baru tak reti nak buat kerja.I tersadai kat tepi jalan ni ha."
"Apa tak boleh datang ambik. Hish. Habis macam mana ni?"
"Yelah-yelah. Bye."
"Puan."
Mariam merengus marah.
"Apa lagi?”
'Saya nak pergi solat kejap. Kalau boleh."
"Pergi jelah."
"Habis puan macam mana? Takkan nak duduk sini sorang-sorang?"
Mariam melihat kawasan sekitarnya. Seram pula dia mahu berseorangan di situ.
"Tak nak ikut saya pergi masjid."
Serta merta Mariam membeliakkan mata setelah mendengar ajakan Yusof.
"Kau gila ke? Tak nampak ke baju aku pakai ni. Kau sengaja sebenarnya kan? Kau nak perli aku sebenarnya." Mariam menuduh.
"Eh. Tak adalah. Serius saya tak ada niat nak perli. Ni kebetulan pulak saya ada beli jubah dengan tudung untuk adik saya. Yelah bulan ni kan gaji pertama saya. Ingat nak belikan hadiah untuk adik saya tu, tapi puan pakai la."
Yusof menghulurkan paper beg ditangannya kepada Mariam.
"Ok nanti aku ganti."
"Tak payah la. Puan ambik je la. Saya ikhlas. Lagipun jubah tu murah je."
Mariam menyarungkan jubah tanpa menanggalkan pakaian seksi yang dipakainya. Kemudian menyarung tudung.
Yusof terpana seketika melihat Mariam yang bertudung.
"Kau senyum sorang-sorang ni dah kenapa? Buang tebiat."
"Tak adalah. Cantik puan pakai macam ni."
"Hai selama ni aku tak cantik ke?" Mariam mengangkat kening. Dia sememangnya sedar dirinya selalu menjadi perhatian lelaki kerana kecantikannya. Tambahan pula dia sedar dia memiliki tubuh yang menawan.
"Selama ni puan memang cantik tapi kali ni puan nampak lagi cantik."
'Mengarut la kau. Dengan baju macam ni. Dah macam ninja, serba hitam. Apa yang cantik entah."
Mariam merungut sepanjang jalan ke masjid. Tidak berpuas hati kerana terpaksa ke masjid.
Manakala Yusof pula tersenyum lebar namun disembunyikan dari dilihat Mariam. Berjaya juga dia menghadiahkan jubah buat majikannya itu. Yang lebih penting dia gembira kerana dapat membawa Mariam ke masjid daripada menghantar majikannya berparti di kelab bersama Zafwan.
Sampai di masjid mereka berpisah. Mariam menuju ke tempat jemaah wanita.
Dia hanya melihat orang lain solat berjemaah. Kemudian Mariam terpaksa mendengar ceramah.
Selepas isyak mereka bergerak pulang.
Sepanjang perjalanan pulang Mariam memarahi Yusof. Namun Yusof hanya tenang mendengar bebelan Mariam.
"Kau ni tak ada perasan ke apa. Penat aku membebel kau boleh diam je." Akhirnya Mariam mengeluh sendiri.
(Tamat Imbas Kembali)
Yusof sekali lagi mencium dahi Mariam kemudian bangun mengambil wuduk. Dia menunaikan solat tahajud. Seusai solat dia membaca Qur'an bersebelahan Mariam.
Selepas selesai membaca Qur'an Yusof berdoa sesungguh hati. Jatuh air mata lelakinya menitik di atas sejadah, Yusof memohon sepenuh hati agar dikurniakan kesembuhan buat isterinya. Sungguh dia terseksa melihat keadaan Mariam.
Part 6
Mariam melempar pasu bunga Kristal ke arah Yusof. Nasib Yusof sempat mengelak. Pasu itu jatuh pecah berderai menghempas lantai.
"Mariam ni abang. Suami Mariam." Yusof cuba menenangkan Mariam. Hamidah yang berada di dapur bergegas ke bilik Mariam apabila mendengar Mariam menjerit.
"Suami aku Zafwan. Kau tipu..tipu..kau keluar..keluarrr." Mariam mencapai apa sahaja di sisi katil. Dilempar pada Yusof.
"Ya Allah Mariam. Suami kau tu."
Hamidah menghampiri Mariam. Dipeluknya Mariam seerat-eratnya.
"Mak Mariam nak abang mak. Mak jangan tipu Mariam mak. Ni bukan suami Mariam. Zafwan. Zafwan mana mak."
"Shh..duduk." Hamidah menenangkan Mariam.
Mariam duduk.
"Mariam nak Zafwan tengok Mariam macam ni ke? Selekeh macam ni mana Zafwan nak." Hamidah cuba memujuk. Dia menarik tangan Mariam melihat cermin.
"Dah pakai kemas-kemas. Bersiap.. mak bawak pergi jumpa Zafwan."
Mariam tersenyum lebar. Yusof dijeling benci.
Mariam beriya bersiap sambil menyanyi kecil.
"Dah siap mak."
Hamidah mengangguk. Dia menyikat rambut Mariam. Rambut panjang Mariam diikat.
"Yusof. Tolong mak." Hamidah menjeling pada tali di sebelah katil.
Yusof mengambil tali menghampiri Hamidah.
Wajah Mariam serta-merta berubah cemas.
Mariam merayu-rayu minta dilepaskan. Yusof dan Hamidah tetap diam membatu. Serba salah. Jika tidak diikat pasti Mariam akan menumbuk dan menyepak pintu bilik. Menjerit supaya dibawa berjumpa dengan Zafwan.
Sudahnya pasti tersayat hati Yusof melihat tubuh isterinya lebam dan luka.
Seperti dijangka masuk sahaja waktu maghrib Mariam menjerit nyaring. Memanggil Zafwan. Habis disumpah seranah Yusof dan Hamidah, menuduh mereka sengaja memisahkan dia dan Zafwan. Anehnya masuk sahaja isyak Mariam berhenti menjerit kemudian tertidur keletihan.
"Tak boleh jadi ni. Esok mak dah panggil bomoh lain datang berubat."
"Ustaz kan dah janji nak datang minggu depan."
"Lambat lagi tu Yusof. Biar mak usaha dengan bomoh ni dulu. Dia boleh datang esok. Kalau tak baik jugak kita tunggu ustaz pulak."
Yusof diam.
Part 7
Hamidah memandang tajam ke arah Yusof.
"Mak tak kira kali ni mak nak kau diam. Biar je bomoh tu rawat Mariam."
"Baik mak."
"Iyalah. Baik...baik..sudahnya nanti Yusof pergi bergaduh dengan bomoh tu pulak." Hamidah mengingatkan Yusof.
Bukan dia tidak tahu perangai Yusof pantang benar menantunya itu jika mendengar bomoh membaca mentera.
Tetapi kerana sikap Yusof yang berlembut menasihatinya sering membuatkan dia mengalah dengan menantunya itu. Tambahan lagi Yusof sudah dianggap seperti anak sendiri.
Dia sendiri meminang Yusof buat Mariam kerana tertarik dengan perwatakan Yusof yang menghormati orang tua, menjaga solat malah yang paling penting Yusof mampu membimbing Mariam.
Pintu diketuk.
"Dah sampai. Dia bomoh hebat. Ingat jangan buat hal." Hamidah mencerlung Yusof.
Yusof hanya senyum. Hamidah menggeleng. Senyum Yusof itulah yang membuatkan dia selalu mengalah dengan menantu kesayangannya. Sehingga Mariam selalu merajuk dengannya kerana selalu menangkan Yusof.
"Masuk tok." Hamidah menjemput bomoh masuk.
Yusof meneliti penampilan bomoh sewaktu dia bersalam dengan lelaki itu. Penuh tangkal melilit di leher. Cincin besar menghiasi jarinya. Wajah garang. Bermisai lebat.
"Mana pesakit?"
"Sini tok."
Tok bomoh duduk di hadapan pesakit. Dia menurun. Pelbagai mentera dibaca bomoh. Kali ini Yusof akur. Dia hanya mendiamkan diri.
Tiba-tiba bomoh bersuara garau memanggil Hamidah.
"Ada apa Tok?"
"Aku Tok Janggut."
"Iya tok."
"Kenapa panggil aku."
"Anak saya sakit tok. Mintak jasa tok tolong ubatkan."
"Iya. Aku tolong."
Tok bomoh membaca mentera lagi.
"Lepas bagi sembahan mungkin anak kau sembuh."
"Apa sembahannya Tok."
"Nasi dagang, nasi pulut, air kelapa."
Hamidah bergegas menyuruh pembantu rumah menyediakan sembahan.
Yusof tenang. Membiarkan Hamidah melayan permintaan bomoh.
Bomoh sambung menurun. Sekejap duduk. Sekejap berdiri. Sekejap tiba-tiba melompat membuka langkah silat. Ditumbuk dan ditendang sekeliling seakan menyerang sesuatu. Kemudian duduk kembali membaca mentera.
Selepas sembahan disediakan gelojoh sungguh dia menghabiskan sembahan. Licin tak berbaki.
"Dah selesai Tok?"
Bomoh tiba-tiba bangun. Dilayang tangannya di hadapan wajah Mariam berulang kali.
"Minggu depan baiklah penyakit anak kamu."
"Terima kasih tok." Hamidah menghulur seribu ringgit seperti diminta oleh bomoh.
Sebaik bomoh beredar Yusof terus bersuara.
"Pandai betul Tok Janggut mintak nasi dagang. Nasib baik dia tak mintak Chicken chop kan mak." Yusof bergurau. Dia mengusap kepala Mariam yang sedang tidur.
"Kenapa? Bomoh tu tipu mak ke Yusof?"
Tanpa ragu Yusof mengangguk.
"Bertuah punya budak. Kalau dah tahu dia tipu kenapa tak cakap siang-siang. Melayang duit mak."
"Tadi kan mak suruh diam."
"Tapi macam mana Yusof tahu dia tipu."
Yusof diam. Kelihatan serba-salah untuk berterus terang.
"Yusof tahu serba sikit pasal ni mak." Yusof beralasan. Padahal dia menyimpan rahsia.
Part 8
Yusof duduk di taman rumah. Melihat ikan pelbagai warna di dalam kolam buatan sedikit sebanyak menenangkan hatinya. Dia menutup matanya. Dia masih ingat kejadian pertama yang merubah hidupnya sekaligus menjadi rahsia yang disimpan sehingga kini.
Hanya seorang insan yang sedar tentang rahsia dirinya tanpa perlu diberitahu. Guru silatnya. Tok Ya.
(Imbas Kembali)
Peluh di dahi dikesat. Yusof yang ketika itu berumur 12 tahun gigih mengayuh basikal mahu membeli barang dipesan ibunya.
Hari sudah hampir senja. Dari jauh Yusof melihat kelibat Zack yang sedang menyapu sampah. Datuk Zack yang lumpuh duduk di atas kerusi roda di halaman rumah.
“Kau nak pergi mana Yusof?” Zack menegur.
“Kedai runcit kejap.” Yusof berhenti sebentar.
Zack sambung menyapu sampah. Datuk Zack dipandang, nampak uzur benar.
Tiba-tida dari duduk menyandar datuk duduk tegak. Matanya terbeliak. Tangannya diangkat menunjuk ke satu arah.
“Tu..Tu..Rimau tu tangkap.”
Yusof melihat ke arah ditunjuk datuk Zack. Bagai mahu tercabut jantungnya melihat harimau besar di sebelah Zack.
Harimau itu tidak bergerak hanya berdiri sambil matanya yang bercahaya merah memandang ke arah Yusof. Yusof menarik nafas. Cuba berlagak selamba seolah-olah harimau itu tidak wujud dihadapannya.
“Dia da mula dah.” Zack tepuk dahi. Selalu sungguh disuruh datuknya menangkap harimau. Selagi tidak ditangkap selagi itu mulutnya bising.
Zack mencapai tali. Melompat tinggi sambil menjerit. Gayanya seolah-olah sedang bergelut dengan harimau. Bersungguh-sungguh Zack berlakon siap membuka langkah silat, sambil mengenyit mata pada Yusof. Zack membuat gaya sudah menangkap sesuatu kemudian melompat mencapai tali. Tali diikat pada dahan pokok. Peluh di dahi dikesat.
“Dah tangkap harimau tok. Dah ikat pun.”
Baru berhenti mulut Datuk Zack menunjuk pada harimau itu. Yusof telan liur. Harimau itu tidak lepas memandangnya.
“Zack aku balik dulu. Takut mak aku marah balik lambat.”
“Yelah. Bai. Kau jangan takut tok aku memang macam ni Nampak harimau bagai. Aku buat-buat tangkap diamlah dia.”
Yusof senyum tawar. Masalahnya harimau itu bukan khayalan. Memang wujud. Malah memandang Yusof seperti mahu membahamnya. Agaknya harimau itu tahu dia mampu melihat jelmaannya manakala Zack tidak.
Dengan hati masih gugup dia mengayuh laju meninggalkan Zack. Singgah ke ledai runcit kemudian sampai ke rumah tubuh Yusof masih menggigil.
Bayangan harimau menyeringai masih lekat di kepalanya. Sudahnya sampai ke pagi dia tidak dapat tidur.
Part 9
(Imbas Kembali)
Seperti biasa Yusof ke rumah Tok Ya untuk berlatih silat. Dia, Zack, serta dua cucu Tok Ya Farhan dan Fazril.
Hanya mereka berempat kanak-kanak yang sedang berlatih Bunga Silat yang lain semua golongan remaja.
Bunga silat secara umumnya berfungsi sebagai lambang pengenalan atau identiti sesuatu perguruan. Perbezaan bunga dalam setiap perguruan silat membolehkan pesilat mengetahui dan membezakan jenis-jenis perguruan yang dipelajari oleh musuhnya.
Bunga Silat penting kerana jika wujud situasi seperti pergaduhan, pesilat boleh mengenali rakan-rakan sealiran atau seperguruan berdasarkan bunga silat sekaligus dapat meredakan pertelingkahan.
Bunga silat juga turut digunakan sebagai salah satu helah untuk mengelirukan lawan. Sesuai dengan ertinya yang bermaksud silap, silau, elat dan sebagainya, silat telah menggunakan unsur tarian tersebut sebagai salah satu tipu helah untuk mengelirukan lawan.
Malah terdapat pesilat sengaja membuka kelemahan pada anggota badannya untuk diserang musuh seterusnya menggunakan helah tersebut untuk memerangkap dan menjerat lawannya.
"Yusof buat betul-betul. Ingat semua jangan pandang remeh pada gerak tari dalam bunga Silat Melayu." Tok Ya mengingatkan semua anak muridnya sambil menerangkan tentang kepentingan Bunga Silat.
Tok Ya memandang Yusof. Lama. Farhan cucu Tok Ya perasan dengan perangai aneh datuknya namun memilih untuk mendiamkan diri.
Sekali lagi langkah Bunga Silat Yusof serba tidak kena.
"Kau melihat sesuatu Yusof."
Yusof menggeleng.
"Nampaknya kau memilih untuk berahsia."
Yusof diam. Kemudian dengan berat hati bersuara perlahan.
"Entahlah tok."
"Sebelah kiri kau bukan. Dia mendamping. Semalam dia tak ada."
Yusof nyata terkejut. Farhan terpinga-pinga tidak faham.
"Macam mana Tok tahu."
"Aku sama seperti kau Yusof. Hijap aku juga terbuka."
"Jadi?"
"Jadi apa?"
"Saya tertekan tok. Saya dah tak tahan. Wajah mereka mengerikan."Yusof meluahkan segala yang terpendam.
"Kau istimewa. Sebab tu Allah s.w.t menguji. Kerana kau mampu."
"Tapi tok.."
"Sudah! Nyah kau. Jangan ganggu lagi anak muda ini." Tok Ya menjerkah tiba-tiba.
Serta-merta makhluk itu hilang dari pandangan Yusof. Yusof memandang Tok Ya. Riak wajah Yusof lega.
Memang dia boleh melihat tetapi yang satu ini sudah berani mengikutnya malah berdiri terlalu hampir dengannya membuatkan Yusof sungguh tidak selesa kerana terpaksa melihat makhluk itu dari jarak dekat. Ngeri dan menakutkan.
Farhan yang melihat berhenti berlatih silat.
"Tiada apa yang mustahil di dunia ini Farhan, Yusof. Allah mencipta manusia dan jin. Kita makhluk..jin juga makhluk. Yang berkuasa tetap Allah. Kenapa kau harus takut pada jin sedangkan kita manusia jauh lebih mulia."
Tok Ya mengesat peluh di dahi.
"Sudah cukup setakat ni saja. Sambung latihan malam esok."
"Baik tok." Selepas bersalam semua bersurai.
(Tamat Imbas Kembali)
Yusof bangun masuk ke dalam rumah. Rahsia itulah yang disimpan kemas dari Hamidah.
Rahsia itu membolehkan dia melihat pendamping bomoh.
Bomoh pertama mempunyai pendamping manakala bomoh kedua tiada pendamping. Dari situ dia mampu mengagak bomoh itu menipu.
Part 10
“Assalamualaikum.”
Yusof lantas membuka pintu.
“Yusof.” Tok Ya memeluk Yusof.
“Tok sihat. Eh Farhan kamu pun datang.” Yusof melambai Farhan yang baru keluar dari kereta. Tangannya sarat membawa buah tangan.
Dua sahabat itu berpeluk.
“Isteri kau macam mana baik sikit?”
“Makin teruk Han.Sekarang dah tak lalu makan. Minum susu je tok.”
Tok Ya mengangguk.
Maria keluar dari kereta. Membebel seketika apabila tumit kasut tingginya terbenam dalam tanah.
“Apa kau bawa ni Han? Zaara pun datang jugak. Sihat Zaara?"
Yusof menegur Maria. Maria hanya mengangguk.
“Maria..nama dia Maria.”
Yusof nampak keliru.Dia memandang Farhan. Seakan meminta penjelasan.
“Nanti aku cerita. “
Yusof mengangguk.
“Maria..Maria Adresteia.” Maria menghulur tangan mahu berjabat. Yusof hanya membalas dengan senyuman.
"Yusof memang tak bersalam dengan perempuan." Farhan menerangkan tidak mahu Maria terasa hati.
"Okay. Dia gay."
Farhan dan Yusof ketawa menyangka Maria bergurau.
"Jadi kau bukan gay?"Kaca mata hitam dibuka kemudian disangkut di kepala. Maria berpeluk tubuh. Melihat sekeliling rumah Yusof.
"Dia dah kahwin. Gay apanya? Farhan kenapa ajak dia datang sekali."
"Okay...okay...aku faham. Kau pun macam Farhan. Jaga batas. Kita buat apa kat sini?" Maria bertanya sambil tangannya membelek hiasan rumah.
"Dia nak ikut Tok."
"Ikut je jangan banyak tanya.Tok Ya tak suka." Farhan berbisik.
Maria mengangguk
"Bosan duduk rumah. Shooting movie da habis. Seminggu ni nak berehat bulan depan start shooting drama baru."
"Dah tu bosan kenapa Farhan nak kena temankan kamu?"
"Aku selesa jumpa dia?"
"Tapi aku tak suka."Tok Ya berterus-terang.
"Tapi cucu Tok tak kisah."
"Tok Ya memang tak suka cucu dia berkawan dengan artis."Yusof yang sejak tadi diam akhirnya bersuara.
"Tak kisah la. Nak air sejuk ada." Maria meminta pada pembantu rumah yang sedang mengemas.
Pembantu rumah terus ke dapur. Menghulur air sejuk pada tetamu Yusof.
Tok Ya menggeleng. Berbeza sungguh sikap Maria dan Zaara. Lagak seperti diva. Mungkin artis memang sikapnya begitu.
“Isteri kau mana? Sejak bila dia sakit? Dia sakit macam mana?” Farhan tidak masuk campur. Dia tidak mahu sebelahkan Maria takut nanti datuknya terasa hati.
Yusof menerangkan duduk perkara sebenar pada Farhan dan Tok Ya. Tok Ya serius mendengar sambil mengurut janggut.
“Eh da sampai ustaznya Yusof?”
“Kenalkan mak Ustaz Zakaria. Tapi saya panggil Tok Ya.”
“Duduk tok. Makan dulu.” Hamidah menjemput tetamu untuk makan tengah hari.
“Jemput tok..Farhan, Maria jom.” Yusof menjemput.
Part 11
Baru 10 minit Hamidah keluar untuk menjawab panggilan telefon rakannya dia terkejut apabila dia masuk semula ke bilik dilihatnya Yusof dan Farhan memegang Mariam.
Sekelip mata tubuh Farhan dan Yusof melayang terpelanting ke dinding ditolak Mariam. Mariam menyerbu mahu menyerang Maria.
Tok Ya masih berdiri tegak. Mulutnya lancar membaca ayat-ayat tertentu dalam Al-Quran. Peluh mengalir di dahi. Pelik. Panaskah? Hamidah tertanya sendiri, padahal rumah itu dipasang aircond.
Belum sempat Mariam mahu menyerang Maria, Farhan meluru berdiri di hadapan Maria. Banyak kali serangan Mariam dipatahkan Farhan ternyata kekuatan Mariam sangat ampuh. Tersilap membuat percaturan tubuh Farhan ditendang ke bucu katil.
Maria diserang namun dengan lincah Maria mengelak serangan Mariam.
Ketika Mariam mahu menyerang Maria buat kedua kali Farhan lantas menghalang dengan belakangnya.
Dalam keadaan genting itu Yusof bangun memeluk Mariam.
Tok Ya hampiri Mariam. Anehnya kali ini Mariam diam seperti patung. Pergerakannya seakan dikunci.
Semakin hampir Tok Ya dengan Mariam semakin kuat Mariam menjerit sambil menutup telinga.
“Sudah! Jangan baca panaslah. Panas.” Mariam mencerlung Tok Ya.
"Awak okay Maria?" Farhan bertanya. Darah di bibir dikesat dengan belakang tangan.
“Aku okay.”
Tok Ya menyentuh belakang Mariam. Tangan kanannya diletakkan di bawah tengkuk Mariam.
Mariam menjerit nyaring sebelum rebah.
“Angkat dia Yusof. Biarkan dia berehat. Kita sambung rawatan esok.”
“Baik tok.” Yusof mengangkat tubuh Mariam dibaringkan di atas katil kemudian diselimut. Dia menghampiri Farhan.
“Kau okay Han?” Yusof bertanya.
Farhan membuat isyarat tangan memberi maksud dia okay.
Kemudian Farhan menggosok dada. Sakit menahan serangan Mariam agar Maria tidak cedera.
Tok Ya pula memandang Maria penuh curiga.
Part 12
Malam itu Yusof bermimpi. Dia berada di dalam pondok kayu. Bacaan mentera jelas menerjah telinga. Asap memenuhi ruang. Tidak jauh darinya kelihatan belakang tubuh seorang lelaki duduk bersila menghadap bomoh.
Lelaki itu menyerahkan gambar Mariam. Bomoh mengambil gambar itu, membalut pada patung kemudian dililit patung itu dengan kulit binatang.
Setelah selesai patung yang sudah dililit direndam ke dalam mangkuk besar berisi darah.
Yusof menghampiri mereka kerana mahu melihat siapa gerangan lelaki yang duduk bertentangan bomoh siam.
Sebaik sahaja melihat wajah lelaki itu Yusof menarik nafas panjang. Sah. Zafwan.
Tiba-tiba Zafwan memandang Yusof. Dia menyeringai kemudian bangun menerpa Yusof.
Yusof tersedar dari tidur.
Ya Allah, mimpi apakah ini? Mimpi benar atau mainan tidur? Yusof tertanya-tanya sendirian.
Part 13
Pagi keesokannya Yusof terus ke laman rumahnya mahu menceritakan perihal mimpinya kepada Tok Ya.
Dari jauh dia melihat Tok Ya dan Farhan sedang berlatih silat. Manakala Maria sedang leka melihat skrin telefon di tepi kolam.
Tiba-tiba Tok Ya membisikkan sesuatu kepada Farhan kemudian menunjuk pada Maria yang kini membelakangi mereka sambil melihat ikan di kolam.
Yusof berhenti berdekatan Tok Ya tetapi memilih untuk berdiam dari bercerita setelah melihat Tok Ya seakan merencana sesuatu.
“Serang dia. Serang curi.”
“Tak baik tok. Maria tu perempuan.” Farhan serba salah.
Belum pernah dia mahu menyerang perempuan. Bagi dirinya mereka golongan lemah yang perlu dilindungi bukan disakiti.
“Sudah. Ikut apa aku cakap jangan bantah. Ingat pastikan dia tak perasan kau nak serang dia. Jangan main-main. Buat betul-betul.”
Dengan berat hati Farhan akur.
Yusof berpeluk tubuh sambil memerhati.
Berminat dengan apa yang direncana Tok Ya.
Hasilnya mengejutkan Yusof. Walaupun Maria tidak menghadap Farhan dia mampu mengelak serangan Farhan kemudian dengan tangkas menyerang dada Farhan dengan sikunya tanpa berpaling menghadap lawannya.
Maria berundur beberapa tapak. Dia berpaling menghadap lawannya. Terkejut Maria apabila melihat Farhan yang menyerangnya.
"Kenapa kau serang aku?"
Farhan diam. Dia mengurut dada. Kebetulan serangan Maria kena pada tempat yang sama ketika dia diserang Mariam.
"Ternyata jangkaan aku tak silap. Kau memang ada ilmu bela diri. Kemampuan kau juga bukan calang-calang."
"Jadi kau yang mahu menguji." Maria faham kini mengapa Farhan menyerangnya.
Pertanyaan Maria dibiar tidak dijawab.
"Tok ada hal saya nak bagitahu Tok."
Yusof menceritakan mengenai mimpinya kepada Tok Ya.
Setelah berfikir sejenak Tok Ya bersuara.
“Masuk, duduk sebelah Mariam. Jangan tinggalkan dia selagi aku tak datang balik."
Tanpa berlengah Yusof menurut.
Tok Ya menutup mata. Bibirnya bergerak. Seketika kemudian dia membuka mata.
“Farhan dari tempat kamu berdiri gerak 7 langkah ke kanan. 3 langkah ke belakang.” Tok Ya memberi arahan. Langkah Farhan diatur seperti arahan datuknya.
“Gali.”
Farhan mengambil cangkul dia mula menggali, Tok Ya tenang menanti.
“Tok ada kain kuning.”
“Bagi tok.”
Farhan mengikut arahan. Bungkusan kuning beralih tangan.
Tok Ya membuka balutan kain kuning.
Kelihatan gambar Mariam yang dibalut kepada sebuah patung serta dililit dengan kulit binatang.
"Ini kulit khinzir."
“Apa tu?” Maria bertanya.
Farhan menerangkan apa yang ditemui mereka. Maria mengangguk perlahan.
“Balutan ini turut direndam dalam air daging khinzir.” Tok Ya menjelaskan.
Tok Ya meletakkan bungkusan ke tanah.
Kemudian dia berdiri membaca beberapa ayat Al-Quran. Tiba-tiba bungkusan itu terbakar.
Serentak dengan itu terdengar suara jeritan nyaring Mariam.
Maria tidak terganggu dengan jeritan Mariam sebaliknya dia melihat apa yang dilakukan Tok Ya dengan penuh minat.
Part 14
“Mariam macam mana Yusof?” Hamidah mengusap rambut anaknya.
“Lepas dia menjerit semalam dia pengsan mak. Dia dah tak menjerit lagi panggil Zafwan. Dah mintak nasi. Makan la dalam 5 suap.”
Yusof memaklumkan keadaan semasa Mariam kepada Hamidah yang terpaksa berjumpa dengan rakan kongsinya untuk menyelesaikan urusan perniagaan.
“Iya?”Hamidah seakan tidak percaya.
Yusof mengangguk.
Hamidah tersenyum. Ada kemajuan desis hatinya.
Part 15
Ketika matahari mula terbenam. Di pagar rumah kelihatan seorang lelaki berbadan tegap berjalan masuk ke rumah Yusof kemudian menuju ke arah Farhan dan Tok Ya.
“Kamu siapa?” Lelaki itu menegur.
Belum sempat mereka mahu memperkenalkan diri, Hamidah lebih dulu bertanya.
“Mimpi apa kamu datang sini Zafwan?"
“Siapa mereka ni mak?” Tanpa menjawab pertanyaan Hamidah, Zafwan memandang curiga pada Tok Ya dan Farhan.
“Siapa lagi.. dah kau hantar sihir, aku panggil la orang berubatkan Mariam. Dah tahu..buat-buat tanya pulak."
Zafwan diam. Sudah terbiasa dengan mulut lancang ibu mertuanya. Pantang tidak kena pasti dia akan ditegur sinis.
“Jadi kamu Zafwan.” Tok Ya menegur.
“Jangan apa-apakan saya tok. Dah tiga malam saya tak boleh tidur, badan saya macam terbakar.” Zafwan berterus-terang.
“Oh..pandai pulak kau ya mintak jangan apa-apakan kau. Tu Mariam tu teruk kau kenakan. Apa salah Mariam. Dah la kau yang ceraikan bini kau. Curang pulak dengan perempuan lain. Sampai hati kau sihir bekas isteri kau sendiri.”
“Apa yang kecoh tu mak?” Yusof keluar dari rumah sambil memapah Mariam yang mahu berjalan di taman.
Sebaik sahaja ternampak kelibat Zafwan kaki Mariam terus menjadi lemah, tidak berdaya untuk berdiri. Mariam terduduk.
“Sayang kenapa?”
Yusof memaut Mariam bangun. Dapat dirasakan tubuh isterinya menggigil. Mariam berdiri sambil memaut tangan Yusof kemudian bersembunyi di belakang suaminya.
Menyembunyikan wajahnya dari dilihat Zafwan.
“Kenapa kau datang sini?” Yusof bertanya.
“Badan aku panas Yusof.”
“Padan muka kau.Rasakan.Tu baru sikit. Neraka lagi panas.“ Hamidah menempelak bekas menantunya.
“Mariam maafkan aku. Mak maafkan Zafwan mak.”
“Maaf apa maaf.”
“Mak dah mak.” Yusof cuba menenangkan Hamidah.
“Ish kalau ikutkan hati aku ni..nak je aku cekik kau sampai mati.”Hamidah tidak bergurau.Tangannya menggigil menahan marah.
“Kau tahu kan..menganiaya sesama manusia satu dosa besar. Allah tidak mengampunkan kau sekiranya orang yang kena aniaya tu tidak memaafkan.” Tok Ya bersuara.
“Saya tahu, saya bertaubat Tok.”
Tok Ya mengangguk.
“Kau maafkan dia Hamidah.” Tok Ya memandang Hamidah.
“Bergantung pada Yusof dan Mariam.”
“Bagaimana Yusof?”
“Saya maafkan dia Tok.”
“Mariam kau pula?”
Mariam masih menyembunyikan wajahnya di belakang Yusof. Tidak berani melihat Zafwan.
“Sayang..”Yusof memanggil Mariam Memegang erat tangan Mariam.
Mariam menggeleng. Dia menarik tangan Yusof. Membuat isyarat mahu masuk ke dalam rumah.
Tanpa berlengah Yusof memimpin Mariam ke dalam rumah.
“Nampaknya Mariam tak sudi nak maafkan saya mak.”
“Jangan harap dia nak cakap dengan kau. Tu Yusof tu, laki dia sendiri dia tak kenal lagi tahu tak? Tu semua kau punya kerja.”
“Saya tak sangka jadi macam ni. Saya cuma nak Mariam rujuk balik dengan saya mak.”
“Tulah sebelum buat fikir dulu baik buruk. Tok tolong ubatkan dia tok. Saya kenal sangat anak saya tu, tak pandai nak berdemdam. Kamu buat la macam mana pun Mariam tak akan balas balik. Nanti makan dulu sebelum balik.” Habis berpesan Hamidah terus masuk ke dalam rumah.
Zafwan senyum. Dia tahu ibu mentuanya memang begitu, bermulut lancang namun mudah memaafkan.
Bunyi tumit kasut high heel yang berlaga dengan lantai menarik perhatian Zafwan.
Dia melihat kelibat gadis berpakaian sophisticated melangkah penuh gaya seakan berada di pentas peragaan.Siap berkaca mata hitam dan memakai topi besar. Tangannya membawa sejambak bunga mawar putih.
“Maria.”
Sungguh Zafwan terpesona dengan keanggunan dan kecantikan Maria.
Siapa tidak kenal Maria. Artis yang memenangi anugerah artis baru paling popular.
Bergaya sungguh Maria melangkah melepasinya menuju ke arah Farhan.
”Maria Adresteia”
Maria berhenti melangkah apabila mendengar namanya dipanggil. Dia perpaling ke arah Zafwan sambil berpeluk tubuh.
“Saya peminat awak.” Zafwan menghulur tangan mahu bersalam.
“Sorry, I tak bersalam dengan lelaki.” Maria menggunakan alasan Yusof untuk mengelak bersalam dengan Zafwan.
Maria berpaling kemudian terus melangkah masuk ke dalam rumah.
Farhan senyum melihat telatah Maria. Maria langsung tidak mengendahkan keadaan sekeliling. Seakan hidup dalam dunianya sendiri. Maria juga tidak ambil pusing dengan keadaan Mariam sebaliknya keluar bersiar-siar seakan makan angin lagaknya.
Part 16
“Lawa keris ni.” Maria mencapai keris yang dijadikan hiasan di atas meja antik. Unik.
Ulu keris berbentuk kepala ular tedung diteliti penuh minat. Cantik sungguh. Seni ukir yang halus lagi berseni.
“Maria suka.” Hamidah menegur Maria.
"Unik.”
“Mariam beli masa melancong. Dia kalau barang lama macam ni suka betul dia kumpul.”
Maria mengangguk. Mencapai pula pisau antik di situ. Sarung pisau dibuka. Dia melihat mata pisau. Disentuh dengan jari.
“Tajam.”
“Maria nak ke? Ambiklah.”
Maria memandang Hamidah seakan tidak percaya.
“Iya. Ambiklah hadiah.”
Maria tersenyum senang.
Part 17
Tok Ya duduk di taman mini bersebelahan kolam sesudah mengubat Zafwan. Dia tenang berada di situ sambil berzikir.
Maria di meja bersebelahan pula asyik merias wajahnya.
Selesai menyapu lipstik Maria menangkap beberapa keping gambar kemudian dimuatnaik ke laman instagram.
Minum petang disediakan. Ketika itu Yusof, Farhan dan Zafwan duduk semeja di ruang tamu.
Tiba-tiba Tok Ya bangun. Dia bergegas meluru masuk ke dalam rumah. Maria terus bangun mengikut Tok Ya.
Maria memerhati penuh teliti gerak-geri Tok Ya yang sedang berdiri sambil berpeluk tubuh, matanya tidak lepas memandang ke arah Yusof, Farhan dan Zafwan.
Zafwan tenang meminum kopi panas.
"Korang tak minum." Zafwan memandang ke arah Yusof dan Farhan yang duduk bertentangan. Kopi diteguk lagi sebelum meletak cawan ke atas meja.
Yusof memandang Farhan membuat isyarat mata.
Farhan dan Yusof merenung air kopi di dalam cawan, mulut mereka membaca sesuatu.
Tok Ya tenang memerhati.
Maria terkejut, cawan di hadapan Yusof dan Farhan merekah kemudian pecah berkecai, air kopi melimpah, piring berisi kuih terbalik jatuh ke lantai. Piring kaca pecah berderai.
Zafwan berdiri. Dia tersenyum sinis.
"Ternyata anak murid kau juga tidak kosong." Zafwan memandang Tok Ya.
"Mereka antara yang terbaik."
Ketika itu Maria mahu bergerak namun tidak berdaya. Kakinya seakan dipaku di lantai. Dia langsung tidak boleh bergerak walau seinci.
Part 18
"Dua lawan satu. Yusof aku serahkan dia pada kau." Farhan bersuara.
"Kau silap." Zafwan tersenyum sinis.
"Maria!"Zafwan menjerit keras memanggil nama Maria.
Bagai dipukau Maria meluru ke arah Zafwan. Dia berdiri di hadapan Zafwan. Pisau di dalam poket seluar dikeluarkan. Sarung pisau dibuang ke lantai.
“Mariam.” Nama Mariam pula diseru.
Mariam keluar dari bilik. Berjalan tenang menuju ke arah Zafwan. Rambut panjangnya disanggul. Dia berhenti di meja antik. Mengambil keris, dikeluarkan dari sarung kemudian dia berdiri di sebelah Maria dengan keris terhunus.
"Bukan ke kamu tidak sabar mahu menyerang aku? Tunggu apa lagi?” sindir Zafwan.
“Zafwan jangan main kotor. Jangan libatkan Mariam. Dia dah banyak menderita.”
“Memang itu harga yang sepatutnya dibayar Mariam.”
“Zafwan bebaskan Mariam. Jangan melampau!” Merah padam muka Yusof menahan marah. Ini sudah melibatkan nyawa. Silap langkah nyawa Mariam menjadi taruhan.
Farhan bersiaga. Bila-bila masa Maria akan menyerang begitu juga Mariam.
Tok Ya menggeleng. Ternyata Zafwan bijak membuat percaturan.
Sengaja dia menggunakan Mariam untuk menyerang Yusof manakala Maria untuk menyerang Farhan.
Strategi licik. Menggunakan kelemahan pihak lawan sekaligus memberi kelebihan kepada Zafwan.
Tok Ya tertanya-tanya sendiri dengan siapa Zafwan berguru.
Tok Ya tenang memerhati. Membiarkan anak muridnya membuat perhitungan dengan Zafwan. Dia sengaja mahu melihat kebolehan mereka menghadapi situasi genting begitu.
Part 19
“Ya Allah. “ Barang yang dibawa Hamidah terlepas ke lantai.
“Apa dah jadi ni?" Wajah Hamidah dan pembantu rumah pucat melihat situasi genting itu.
Mahu luruh jantung Hamidah melihat Mariam menghunus keris. Mata Mariam pula tidak lepas dari memandang Yusof.
“Mak, Mak Jah menjauh. Jangan dekat.” Yusof memberi amaran.
Hamidah mengurut dada. Bersandar pada dinding. Lemah lututnya mahu berdiri. Pelbagai andaian buruk singgah di benaknya. Mak Jah lantas memapah majikannya menjauhi ruang tamu.
“Serang!” Zafwan memberi arahan.
Tanpa teragak-agak Mariam menghunus keris menikam Yusof bertubi-tubi. Yusof berjaya mengelak semua serangan.
Rambut Mariam yang bersanggul rapi mula mengerbang.
Hamidah yang melihat dari jauh rebah. Air mata berderai membasahi pipi. Takut membayangkan jika sesuatu berlaku kepada Mariam atau Yusof.
Mariam menendang kaki Yusof. Tidak sempat mengelak Yusof jatuh. Mariam lantas mengambil peluang untuk menikam Yusof.
Dengan pantas Yusof mengelak namun lengannya terkena mata keris. Darah membasahi baju.
Mariam ketawa senang.
“Biar mampus kau celaka.” Jerit Mariam kembali menyerang Yusof.
(Sementara itu)
Maria berlari ke arah Farhan sambil menghunus pisaunya. Setiap tikaman dari Maria dapat dielak Farhan.
Maria terus menyerang Farhan bertubi-tubi tanpa henti.Ternyata Farhan hebat dalam seni bela diri. Matanya tajam memerhati setiap gerak dan langkah serangan Maria sehingga satu serangan pun tidak mengenainya.
Farhan terus mengelak tanpa membalas serangan dari Maria.
"Maria berhenti!” Jerit Farhan. Bertujuan untuk menyedarkan Maria yang semakin 'hilang' dikawal Zafwan.
Namun Maria terus menyerang Farhan, sedikit pun tidak menunjukkan rasa penat.
Farhan tahu dia tidak boleh berterusan membiarkan Maria menyerangnya. Seolah-olah ia dilakukan dengan sengaja untuk membuatkan Farhan kehabisan tenaga. Secara tidak langsung ini akan memberi kelebihan kepada Zafwan kelak.
Serangan Maria semakin lama semakin tangkas dan bertenaga.
“Maafkan aku Maria.”
Farhan angkat tangan kiri lalu melepaskan satu pukulan kencang ke bahagian belikat kanan Maria, pisau di tangan Maria terlepas.
Farhan lantas menyepak pisau di lantai sebelum dicapai Maria. Pisau terpelanting di bawah sofa.
Maria merenung tajam ke arah Farhan.
Dia berlari menggemgam buku lima mahu menyerang Farhan. Farhan mengelak. Dengan pantas dia berpusing memeluk Maria dari belakang. Pergerakan Maria dimatikan.
Farhan membaca sesuatu di telinga Maria. Serta merta Maria menjadi lemah. Farhan segera menekan dua jari pada tengkuk Maria. Maria pitam.
Farhan lega apabila melihat Maria kaku tidak bergerak.
Tubuh Maria disandar pada dinding.
“Cukup Zafwan. Jangan libatkan orang tak bersalah. Biar perhitungan ini antara kau dengan aku.”
Part 20
********
Darah pada lengan Yusof menitis ke lantai.
Hamidah semakin cemas.
Yusof tahu dia tidak harus berlembut lagi.
Yusof bertenang, membiarkan Mariam menyerang, sebelum sempat mata keris menikam tubuhnya Yusof lantas berpusing ke kiri, bagaikan kilat tangannya menumbuk lengan kanan Mariam hingga keris jatuh terpacak di lantai.
Ulu keris yang berbentuk kepala ular tedung itu bergerak‐gerak.
Mariam semakin marah. Dia menjerit keras sambil berlari mahu mencapai keris.
Yusof tangkas menghalang. Tubuh Mariam ditolaknya dengan sekuat tenaga hingga terdorong ke dinding.
Pada saat genting itu Tok Ya membaca sesuatu dihembus pada Mariam.
Mariam terus lemah. Tidak meronta lagi.
Yusof menarik nafas lega.
Hamidah berlari mendapatkan Yusof. Lengan Yusof yang luka dibalut.
“Yusof tunggu Mariam. Jangan tinggalkan dia. Biar Tok uruskan Zafwan.”
Yusof mengagguk.
Tok Ya meluru mahu membantu Farhan. Keris terpacak di lantai disambar.
Part 21
Farhan termengah-mengah. Dia mati akal. Sudah banyak kali Zafwan berjaya dipukul namun anehnya Zafwan tidak cedera. Malah langsung tidak kelihatan penat.
“Farhan sambut.” Tok Ya mencampak keris di tangan pada Farhan.Farhan dengan cekap melompat dan menyambar keris.
Tok Ya mara sekaligus memberi isyarat menyuruh Farhan menyerang Zafwan secara serentak.
Farhan menikam bertubi-tubi dengan keris. Pada masa yang sama Tok Ya juga menyerang.
Zafwan kelam-kabut diserang serentak. Ketika Zafwan mahu mengelak tendangan Tok Ya, Farhan mengambil peluang menyerang paha Zafwan dengan keris. Ternyata tepat tekaannya Zafwan tidak lut dimakan senjata.
Zafwan senyum sinis. Dengan tangkas dia membuat serangan balas.
Farhan ditendang di rusuk kiri. Tubuhnya terpelanting ke dinding. Pandangan Farhan terasa berpinar. Lantai rumah terasa bergoyang. Farhan lantas duduk bertongkat keris. Menahan badannya dari rebah ke bumi.
Kini hanya tinggal Tok Ya dan Zawan berdiri setentang.
“Ternyata tekaan aku benar. Kau kebal.” Tok Ya berdiri dengan kaki kanannya kehadapan dalam jarak satu kaki dengan kaki kiri. Dia terus berpeluk tubuh kemudian membaca sesuatu.
Farhan cuba bangun untuk membantu Tok Ya namun badannya tidak mampu bergerak.
Zafwan membaca mentera. Dia berdiri tenang tanpa mempedulikan Farhan. Tahu pergerakan Farhan sudah dikunci. Kini dia hanya perlu mengalahkan Tok Ya.
Tok Ya menjatuhkan kedua belah tangannya. Kaki kanan rapat dengan kaki kiri. Kemudian dia menepuk lantai dengan tangan kanan.
Tok Ya mara menyerang Zafwan. Zafwan mengelak. Namun Tok Ya pantas berpaling dan menendang bahu kanan Zafwan. Zafwan jatuh tersembam ke lantai. Tanpa berlengah tulang bahu Zafwan ditekan dengan tangan kanannya sekuat hati sambil membaca sesuatu.
Zafwan rebah perlahan‐lahan. Tok Ya berhenti menekan bahu Zafwan kemudian berundur beberapa tapak menjauh dari Zafwan.
“Jahanam. Kau tawarkan ilmu aku.” Zafwan menyinga memandang Tok Ya. Marah kerana Tok Ya berjaya menawarkan ilmu kebalnya.
“Farhan kau selesaikan dia.”
Farhan mengangguk. Menarik nafas panjang, surah Al‐Ikhlas dibaca sebanyak tiga kali, kemudian diikuti ayat Al‐Kursi sekali.
Farhan cuba bangun. Berjaya. Keris dicampak ke lantai.
Baru tiga tapak Zafwan melangkah mahu menyerang Farhan, tamparan kencang sudah mengenai pangkal lehernya. Zafwan tersembam ke lantai namun dengan pantas dia kembali bangun.
Zafwan menyinga. Dia meluru ke arah Farhan lalu melompat dan menghalakan tumbukannya tepat pada wajah Farhan
Farhan tenang tidak mengelak.
Sebaik tumbukan Zafwan berjarak beberapa inci dari wajahnya, Farhan dengan pantas mengelak lalu menepis tumbukan itu! Laju buku limanya menerjah ke arah rahang Zafwan. Zafwan terpelanting ke belakang.
Sememangnya itu rencana Farhan. Membiarkan Zafwan menyerang namun hakikatnya ia adalah serampang dua mata.
Zafwan bangun kemudian terus melompat ke arah Farhan sambil melepaskan beberapa tendangan.
Farhan lantas bertindak, kaki kanan Zafwan ditangkap dan dipusing ke kiri dengan sekuat hati. Tubuh Zafwan jatuh atas lantai. Farhan tangkas memusingkan badannya dan menghentak dada Zafwan dengan siku. Serentak dengan itu Zafwan menjerit kesakitan
Kali ini Zafwan muntah darah.
Dengan pantas pergerakan Zafwan dikunci Farhan dengan buah silatnya membuatkan Zafwan tidak mampu bergerak.
“Cukup Zafwan aku tak mahu membalas, bertaubatlah. Kau menganiaya sesama manusia. Kau juga menyekutukan Allah.”
“Aku tak menyekutukan Allah!”
“Jangan berdalih. Kau menggunakan Khadam.”
Khadam adalah pembantu manusia dalam kalangan jin.
Tok Ya diam. Dia berwaspada. Kebolehan Zafwan bukan calang-calang. Maria dan Mariam mampu dikawal. Entah apa lagi ilmu sesat Zafwan belum ditunjukkan.
“Aku mengaku kalah.”
“Kau berjanji tidak akan mengganggu Yusof dan Mariam lagi.”
“Aku janji..lepaskan aku.” Zafwan angguk kepala laju.
Percaya dengan pengakuan lawannya Zafwan dilepaskan.
Farhan segera bangun. Zafwan juga bergegas bangun. Zafwan berdiri tegak.
Tanpa disangka Farhan, Zafwan membaca mentera.
Sejurus sahaja mentera habis dibaca terdengar suara jeritan Mariam yang cukup keras dan nyaring dari biliknya.
Tok Ya segera menuju ke arah Mariam meninggalkan Farhan dan Zafwan
Part 22
Mariam berguling‐guling atas lantai, kedua belah tangannya memegang batang leher. Matanya kelihatan merah
Hamidah tidak berbuat apa‐apa selain daripada menangis. Lemah semangatnya melihat keadaan Mariam begitu.
Yusof segera memegang pergelangan tangan Mariam. Ditekannya dengan sekuat hati atas lantai. Segera Yusof membaca ayat Al-Quran. Mariam menjadi lemah. Jeritan Mariam berhenti dan tidak lagi berguling‐guling atau meronta‐ronta.
“Angkat dia Yusof.”Tok Ya mengarah.
Tok Ya duduk di hujung kepala Mariam, membaca sesuatu. Kemudian bahu Mariam ditampar tiga kali.
Mariam bangun dan terus duduk.
“Apa yang kau nampak nak?” tanya Tok Ya.
“Lembaga putih, rambut panjang menutup muka.” Mariam menghala pandangan pada pintu.
Yusof memandang ke arah sama. Benar. Lembaga itu berada di situ.
“Dia ajak saya keluar.”Mariam bangun berjalan menuju ke arah lembaga putih.
Yusof lantas memeluk Mariam, menghalang Mariam dari mendekati lembaga tersebut.
“Pegang kuat-kuat Yusof jangan terlepas.” Tok Ya mengarah. Yusof patuh.
Pak Ya membaca ayat Al-Quran. Selempang putih di pukul tiga kali pada tubuh Mariam.
“Keluar!”Tok Ya memekik keras.
Serta-merta Mariam tumbang. Yusof lantas menyambut tubuh isterinya. Diletakkan Mariam di atas katil.
Part 23
“Mariam kau ingat apa yang berlaku.”Tok Ya bertanya sebaik sahaja Mariam sedar.
“Tak ingat.”
“Boleh mengucap.”
Mariam mengangguk.
“Cuba.”
Mariam mengucap. Walaupun agak tersekat-sekat namun Mariam mampu mengucap.
“Badan dah rasa ringan.”
Mariam mengangguk lagi.
“Badan sakit lagi tak.”
“Dah tak sakit.”
Tok Ya kemudian membuat dinding dan pagar pada tubuhnya dan mendoakan air penawar sebelum rawatan diselesaikan sepenuhnya.
Sepanjang waktu dirawat Tok Ya, Mariam tidak lepas memandang Yusof. Lama wajah Yusof ditatap.
“Kenapa Mariam.” Hamidah bertanya.
“Abang..”
Tersentak Yusof dan Hamidah.
“Ma kenal abang siapa?” Yusof bertanya penuh debar.
Mariam angguk.
“Siapa ni Mariam?” Hamidah pula bertanya.
Mariam memandang wajah Hamidah dan Yusof silih berganti. Dia kelihatan keliru.
“Yusof. Suami Mariam. Mak ni takkan Ma tak kenal suami sendiri.”
“Allah.” Yusof lantas memeluk Mariam. Bersyukur kerana Mariam sudah mengenalinya.
“Ya sayang ni abang.”
Melihat reaksi Hamidah dan Yusof membuatkan Mariam bertambah keliru.
(Sementara itu)
“Kau memungkiri janji.”
Tanpa diduga Zafwan mengambil keris. Menerpa pada Maria. Keris diacu pada tengkuk Maria.
Farhan bersiaga. Berwaspada memerhati gerak-geri Zafwan. Takut Zafwan akan mencederakan Maria.
Ketika itu Maria tersedar. Anehnya Maria tidak terkejut walaupun Zafwan mengacu keris pada tengkuknya. Jika perempuan lain pasti akan cemas atau menangis ketakutan.
“Apa dah jadi?" Dalam keliru Maria bertanya.
“Zafwan kawal kau untuk serang aku.” Farhan menerangkan keadaan sebenar.
“Tak sangka kau pengecut. Gunakan aku untuk lepaskan diri.” Maria berkata sinis.
“Sayang pertemuan kita tak lama. Aku dah jatuh hati dengan kau." Zafwan mengusap pipi Maria.
Maria mengetap bibir. Geram.
Tanpa disangka Farhan, Maria menolak tangan Zafwan memusingkan tubuhnya dan dengan tangkas menendang pelipat kaki Zafwan. Zafwan jatuh ke lantai. Keris pula sudah beralih tangan.
Maria melompat menghunus keris. Dada Zafwan menjadi sasaran.
“Maria berhenti!”
Maria tidak mempedulikan arahan Farhan. Dia terus menyerang Zafwan. Nasib Zafwan sempat mengelak. Namun Maria lebih lincah.
Belumpun sempat Zafwan mahu berdiri, satu penendang hinggap di bahagian kanan perut Zafwan. Zafwan menahan kesakitan.
Lengan Zafwan dipaut kuat. Kini keris sudah diacu pada tengkuk Zafwan.
"Dalam hidup aku, aku paling benci orang gunakan aku."
Zafwan membaca sesuatu.
"Maria lepaskan dia." Farhan cemas, meluru pada Maria namun sudah terlambat Zafwan terlebih dahulu menghembus muka Maria.
Serta merta Maria rebah. Farhan meluru mendapatkan Maria.
Dalam keadaan cemas itu Zafwan mengambil peluang untuk melarikan diri.
Badan Maria menjadi panas. Dadanya pula terasa sakit dan pedih. Mukanya berpeluh dan pucat.
Maria muntah darah.
Farhan menggoncang tubuh Maria. Kaku tiada tindak balas.
Entah kenapa ketika itu dirasakan bukan Maria yang bersandar lemah dalam pangkuaannya tetapi Zaara.
“Zaara.” Farhan terpaku menatap Maria. Semangatnya terasa hilang.
Episod 7 (Tamat)
Part 24
********
Tok Ya segera menghampiri Maria. Ditekan belakang Maria dengan ibu jari, Maria batuk, darah keluar semakin banyak.
Tok ya lantas mengambil segelas air sejuk yang dihulur Mak Mah, gelas yang berisi air itu dirapatkan ke bibirnya. Dia membaca ayat Al-Quran kemudian disua kepada Maria.
"Habiskan."
Maria patuh.
Habis segelas air Maria terus muntah.
Muntah bercampur dengan kaca halus dan pasir,serta beberapa jenis serbuk.
Tok Ya tepuk belakang Maria,muntahnya berhenti.
Anehnya seketika kemudian wajah Maria sudah kelihatan segar. Sakit pada tubuhnya juga sudah hilang. Dia kembali sihat.
"Santau." Tok Ya membuat kesimpulan.
Farhan bersandar lega pada dinding. Dia sengaja mengelak dari memandang Maria yang merenung tajam wajahnya.
Part 25
********
Kereta diparkir. Daniel abang kepada Maria keluar bersalam dengan Farhan dan Tok Ya.
"Apa salah aku sampai kau nak aku jauhkan diri dari kau?" Maria membentak.
"Cukup sekali aku kehilangan Zaara disebabkan kesilapan aku. Kali ni aku nyaris mempertaruhkan nyawa kau. Pergi bawa Maria dari sini Daniel.” Farhan berpaling membelakangi Maria.
“Farhan pandang aku.”
Farhan tidak menoleh.
“Semua sebab wajah aku kan. Ya aku mirip Zaara. Bukan kemahuan aku. Bukan aku yang mintak. Aku tak mintak lahir wajah macam ni.”
“Maria kau takkan faham.”
"Aku memang tak faham. Kaulah lelaki paling pelik aku jumpa. Aku nak mati pun kau panggil aku Zaara. Aku benci kau.”
Maria masuk ke dalam kereta. Menghempas pintu kereta dengan kasar. Daniel jadi serba-salah. Kelam kabut bersalam dengan Tok Ya meminta diri.
Sebaik sahaja kereta beredar Farhan berpaling. Memandang kereta yang dipandu Daniel sehingga hilang dari pandangan mata.
"Farhan, mungkin Zaara dah tak ada. Bukanlah pintu hati kau untuk Maria." Yusof berterus-terang. Tidak mahu Farhan terus hanyut dalam kenangan bersama Zaara.
Farhan hanya mendiamkan diri. Tiada siapa tahu apa yang terpemdam di hatinya. Jika berjumpa Maria pasti dia mula teringatkan Zaara. Maria pula pasti akan marah jika nama Zaara terluah tanpa sengaja. Pada hematnya menjauhkan diri lebih baik.
“Tidur sini malam ni. Esok baru balik tok.” Halimah mempelawa.
Tok Ya mengangguk. Dia memandang Farhan sekilas sebelum masuk ke dalam rumah membiarkan Farhan sendirian di laman rumah. Mungkin Farhan terkenangkan Zaara.
Tok Ya menggeleng kepala. Sejujurnya dia sendiri risau dengan cucunya itu.
Part 26
********
Farhan bersandar pada kerusi. Matanya ditutup.
"Aku benci kau." Kata-kata Maria terngiang-ngiang di benaknya malah membuatkan dia teringatkan Zaara.
(Imbas Kembali)
Majlis makan malam sudah bermula. Tema bollywood dipilih pelajar.
“Ish sakit mata aku tengok student perempuan ni. Bukan main seksi. Yang pergi pilih tema fesyen dedah pusat ni dah kenapa. Buat la tema kisah hikayat melayu ke..sedap juga aku sarung baju melayu.” Zamri rakan sekerjanya merungut. Anti betul dia apabila melihat pelajarnya berpakaian begitu.
Farhan diam. Dia memandang sekeliling dewan.
Sudah setengah jam majlis bermula namun kelibat isterinya langsung tidak kelihatan. Farhan mula risau.
Tiba-tiba dewan yang tadinya gamat berubah sepi. Semua mata terarah pada pintu masuk dewan.
Hampir tersembur air yang diminum Farhan apabila melihat Zaara datang bersama Adam. Farhan menarik nafas panjang. Cuba menahan amarah. Zaara kelihatan seksi memakai sari putih lengkap eksesori yang dibeli dari India berkepit pula dengan model dan pelakon terkenal Adam.
Bersusah payah dia menyamar agar tidak dikenali Zaara. Rajuk Zaara dengan dirinya membuatkan isterinya mahu mengelak darinya sehingga membawa diri ke India.
Namun kerana risaukan keselamatan Zaara dia berpakat dengan Zamri supaya merahsiakan kehadirannya dari Zaara. Ternyata Zaara tidak dapat mengecamnya kerana dia memakai janggut dan misai palsu yang lebat. Dia juga selalu memakai kaca mata hitam.
Sari yang disarung Zaara dibeli setelah melihat Zaara begitu lama membelek sari putih itu di kedai sudahnya sari itu dileletakkan kembali di tempat asalnya. Sebaik sahaja Zaara beredar Farhan terus membeli sari tersebut. Tapi untuk dipakai di rumah bukan untuk digayakan di khalayak ramai seperti sekarang.
Kalau diikutkan hati mahu sahaja dia menarik tangan Zaara keluar dari dewan.
Zamri terkebil-kebil memandang Farhan yang sudah mengepal penumbuk. Nampak sungguh cemburu dengan Adam.
Lebih parah lagi tangan Zaara memaut lengan Adam. Sampai sahaja ke meja makan kesemua pelajar perempuan mula berebut mahu bergambar dengan Adam.
Zamri serba salah.
Farhan bangun menuju ke arah Adam apabila melihat pelajar fokus kepada persembahan pentas pula.
“Han relax Han. Jangan buat kecoh kat sini. Zaara tak suka kawan dia tahu dia dah kahwin." Zamri mengingatkan Farhan.
“Kau buat apa kat sini?” Ternyata Farhan tidak mengendahkan nasihat rakannya itu.
“Temankan Zaara. Dia mintak aku temankan dia.”
“Dah siap kan tunggu apa lagi.”
“Relax la Han. Zaara aku dah anggap macam adik. Ha tu girlfriend aku dah sampai." Adam melambai Marissa.
Marissa membalas lambaian Adam sambil melangkah ke arah mereka.
Kebanyakan mata pensyarah lelaki terpegun dengan keanggunan Marissa. Zamri tidak terkecuali.
Gaya pesona sosialite. Seorang wanita moden dengan gaya rambut pageboy. Memakai skirt suit MaxMara dan tali pinggang Louis Vuitton. Rolex bersadur emas bertatah berlian di pergelangan tangan. Menjinjing beg Birkin. Kemas mengatur langkah dengan padanan kitten heels Roger Vivier.
Marissa dan Adam berlaga pipi. Langsung tidak malu dengan beberapa peminat yang memerhati.
Setelah melihat tiada lagi riak cemburu pada wajah Farhan,Zamri meninggalkan rakannya kembali ke meja.
Diatas pentas Zaara sedang menari tarian Bollywood bersama rakan sekelasnya. Dia menahan tawa, nampak benar tarian Zaara begitu canggung. Beberapa kali tersilap langkah.
Persembahan selesai. Tepukan kedengaran. Lampu dimatikan seketika untuk persembahan seterusnya.
Kesempatan itu diguna Farhan untuk menarik tangan Zaara keluar dari dewan.
“Sakitlah lepas.” Zaara merentap tangannya namun tidak berjaya.
“Nak kena dukung masuk kereta ke nak ikut.”
Zaara mencebik. Malu kerana beberapa mata memandang ke arah mereka dari lobi hotel. Zaara terpaksa mengikut Farhan ke kereta.
“Masuk.” Farhan memandang Zaara yang masih membatu. Tanda protes dengan tindakan Farhan.
Dengan wajah masam mencuka Zaara masuk ke dalam kereta. Kereta dipandu laju.
“Apa ni awak ni dah melampau.Dah la pakai baju tak cukup kain. Datang pulak dengan Adam. Saya ni suami awak tahu."
“Oh... tahu pun. Dah tahu awak tu laki orang yang awak menggatal dengan Fasha tu kenapa?”
“Cuba bertenang. Tarik nafas. Abang buat apa sampai sayang balas demdam ni pakai baju seksa macam ni.. sengaja nak suruh abang marah. Bila masa abang menggatal dengan Fasha ni?"
Kereta diparkir. Zaara lantas keluar. Farhan mengejar Zaara yang berjalan laju menuju ke rumah.
“Fasha peluk abang kat tempat parking.” Zaara membuka kunci rumah. Terus masuk tanpa menunggu Farhan.
La patutlah Zaara cemburu setengah mati . Patutlah isterinya itu memberontak padahal Zaara tahu dia paling tidak suka melihat isterinya memakai baju mendedahkan aurat.
Sudah penuh satu almari dibeli tudung sekadar menjadi hiasan. Namun dia bersyukur, paling tidak Zaara memakai baju kurung yang dibelinya.
“Fasha tiba-tiba peluk abang, mengadu pasal Fazril. Sayang kan tahu perangai Fazril macam mana. Tapi abang tolak Fasha. Tak ada pun abang peluk dia balik. “
“Alasan.”
“Sepatutnya abang yang marah. Ni terbalik pulak.”
“Apa pulak. Memang abang salah nak salahkan orang pulak.”
“Tapi sayang.."
"Tak ada tapi..tapi..dah salah tu mengaku jelah. Ego betul lah awak ni. Memang dari dulu lagi awak tak sayang saya kan. Awak lagi sayangkan bekas tunang awak tu! Zaa benci abang!"
Pintu dihempas kasar.
Farhan terpinga-pinga. Hebat betul makhluk bernama perempuan ni. Tak pernah menang lelaki kalau bergaduh dengan perempuan.
Farhan duduk bersandar pada pintu memujuk Zaara membuka pintu untuk menerangkan keadaan sebenar. Sudahnya Farhan tertidur dengan duduk bersandar pada pintu hingga ke pagi.
(Tamat Imbas Kembali)
Farhan menekan butang 'play' pada video. Video tarian Zaara terpapar di skrin telefon. Video yang dirakam oleh Zamri.
Tanpa sedar hatinya kembali dijerut sepi.Sebak mengisi ruang dada. Sudah setahun Zaara diculik namun masih tiada perkembangan dari pihak polis mengenai kes isterinya.
Part 27
*******
Yusof berpeluk dengan Farhan kemudian bersalam dengan Tok Ya. Farhan dan Tok Ya masuk ke dalam kereta. Yusof melambai pada mereka sebaik sahaja kereta melepasi pagar rumah.
Di laman rumah Mariam sedang menyiram pokok bunga. Yusof perlahan-lahan menghampiri Mariam kemudian memeluk Mariam dari belakang.
Mariam menjerit kecil kemudian ketawa dengan usikan Yusof.
"Abang."
"Ya."
"Maa tak ingat apa pun yang jadi lepas akad nikah."
Yusof menceritakan apa yang berlalu kepada Mariam.
“Iya?” Mariam terperanjat malah wajahnya jelas ragu dengan cerita Yusof.
“Iya. Tak tipu sikit pun. Tak percaya tanya mak.”
“Jadi tu..”
“Apa?”
“Tangan abang tu Mariam la yang tikam.”
“Dah tu siapa lagi."
Mariam tunduk.
Tangan Yusof dicapai. Dicium.
“Maafkan Ma abang. Terima kasih sebab sabar dengan Ma.”
“Sakit tau. Dah la kena baling sampai terpelanting ke dinding. Luka lagi kena keris. Ni kalau kahwin lain abang yakin tak lama hidup abang.”Yusof menyakat.
Mariam membeliakkan mata.
“Berani abang buatlah.”
Yusof ketawa senang.
-Tamat-
Ok best tak cerita ni. Nak tahu apa Rahsia Farhan & Maria dapatkan ebook MAKTUB PHEONIX SECRET.
Tapi gais Rasuk adalah cerita pendek olahan dari novel Maktub Pheonix Secret. Plot penceritaan adalah 90% berbeza. Rasuk adalah cerpen pendek sekadar untuk memperkenalkan karakter watak Maktub.
Karya ni memenangi Top 10 pertandingan menulis novel Thriller anjuran BUKU PRIMA. DINILAI OLEH EDITOR BERPENGALAMAN.
So, jom dapatkan ebook sekarang. Sementara Tengah Promosi kaw2 ni.
Harga : Rm 20 (Harga Asal)
**Rm15 (Promosi)
**Sah sehingga 29.4 2021
Genre : Thriller
Bil. Muka Surat : 750 ms
Bil Muka Surat Iklan : Tiada
Jenis File : PDF format
Untuk membeli ebook Maktub Pheonix Secret :
WhatsApp 01136304954 @
https://wa.me/message/PNXGVGKKTS3ME1
penyakit kulit putih 在 SiS ViRAL Youtube 的最佳解答
B E A U N E S T ?
DRINK yang banyak Nutrition Penting buat badan Wanita Lelaki & Kanak2
Sebab itu ia membantu badan kita:
?Meningkatkan immune sistem
?Mencantikkan kulit
?Meningkatkan Metabolisma
?Memberi Tenaga
? Memberi Kecerdasan Minda
? Melegakan lenguh badan
? Melawan sebarang Penyakit
? Makanan Tambahan Seimbang
?Mencerahkan parut2
?Mengelakkan Batuk,Flu
?Menguatkan & Membantu sistem pernafasan paru paru
?Makanan tambahan buat BreastFeeding Mom
? Menyembuhkan & memberi tenaga wanita dalam berpantang
? Memberi tenaga buat Senior Citizen
????
BEAUNEST yang sedap berperisa Date Palm dan kurang manis sedap untuk diminum begitu atau sejuk .
Dapatkan dengan SiS harga RM75 FREEPOSTAGE with 6botol untuk December 2020 sahaja ‼️‼️
. . . . . .
#WonderGlamz
penyakit kulit putih 在 SiS ViRAL Youtube 的最佳貼文
B E A U N E S T ?
DRINK yang banyak Nutrition Penting buat badan Wanita Lelaki & Kanak2
Sebab itu ia membantu badan kita:
?Meningkatkan immune sistem
?Mencantikkan kulit
?Meningkatkan Metabolisma
?Memberi Tenaga
? Memberi Kecerdasan Minda
? Melegakan lenguh badan
? Melawan sebarang Penyakit
? Makanan Tambahan Seimbang
?Mencerahkan parut2
?Mengelakkan Batuk,Flu
?Menguatkan & Membantu sistem pernafasan paru paru
?Makanan tambahan buat BreastFeeding Mom
? Menyembuhkan & memberi tenaga wanita dalam berpantang
? Memberi tenaga buat Senior Citizen
????
BEAUNEST yang sedap berperisa Date Palm dan kurang manis sedap untuk diminum begitu atau sejuk .
Dapatkan dengan SiS harga RM75 FREEPOSTAGE with 6botol untuk December 2020 sahaja ‼️‼️
. . . . . .
#WonderGlamz
penyakit kulit putih 在 Bumi Ratu Channel Youtube 的最讚貼文
Apa yg sy share kan ni jgn lah dijadikan bahan gaduh atau kebencian kpd perubatan pantang,, tak semua pantang itu salah, tak semua juga pantang itu betul, kita ambil yg baik shj lah..kalau rasa tak perlu jgn pakai , jgn dikecam ia bukan isu negara dn ugama
.
Apa yg sy rakamkan ni full video di dalam youtube bumi ratu channel ttg pemakanan yg baik semasa dlm pantang ..!! tak ada lah mkn ikan masin setiap hri je kan..!! tapi kalau boleh elakkan mkn ayam daging dan juga daging lembu kerana kalau daging lembu penyebab kpd stress / melibatkan darah , tapi kalau ayam daging boleh dpt kegatalan dan hormon nanti tunggang langgang
.Niat kita, lepas bersalin agar hormon yg dihasilkan hormon baik yg wanita perlukan ..makanan pantang ni kita niat membina kembali sel-sel kulit baru dan juga mempercepatkan kesembuhan luka.
.
Hari ni sy berkongsi ttg ikan & sayuran yg boleh dimakan, antara sayuran yg boleh dimakan atau sayuran tak boleh dimakan ..!!
.
Kita nak elak makanan yg membawa kpd bentan spt kubis dan kacang pjg ..sbb setengah org tak tahan ..bisa mencucuk2 kancing gigi, menggigil, kejang urat, demam urat..Seeloknya klu nk makan kubis biarlah 20 hari keatas.Makanan baik sekali ialah, Serai, bawang putih, bawang besar merupakan bahan yg wajib dimakan sebanyak yg boleh semasa dlm pantang kerana ia bagus utk sistem pencernaan dan salah satu bahan makanan memperbaiki msalah darah.
. Darah yg berkualiti menyihatkan manusia sihat dan pengalaman bonda pernah merawat 2 org pekerja yg dpt penyakit denggi berdarah setiap hari sy minumkan jus serai bersama madu,, darahnya bertambah baik dan sgt cepat kesan penyembuhan tapi sy parutkan brsama batu landak.
.
Dari segi klinikal test mmg tak ..!! dari segi pengalaman saya lihat sendiri , tidak salah ikhtiar kerana kesembuhan itu hak Allah
.
Sebelum datang perubatan moden, Allah mendatangkan ilham kpd manusia mcm kita lihat nabi Adam dan nabi Muhammad SAW ..ubat ni termasuk doa dan bahan alam utk berubat.
.
Maaf kan lah kalau kata2 sy dan ilmu sy ni menyinggung perasaan pihak lain dan tidak ada tujuan memandai2 atau mencari publisiti murahan hanya sekadar berkongsi ilmu yg patut disebarkan. Sekadar sy Sayang kpd perubatan nenek moyang lama kita.